Sementara itu, Sely Martini menjadi representasi generasi baru aktivis antikorupsi lewat Indonesia Corruption Watch.
Konteks: Keduanya membuktikan bahwa antikorupsi bukan sekadar penindakan, tetapi membangun sistem yang membuat penyimpangan semakin sulit dilakukan.
Tokoh antikorupsi dunia dan Indonesia di atas memperlihatkan bahwa perjuangan melawan korupsi tidak memiliki satu resep tunggal.
Ada yang bergerak melalui investigasi media, aktivisme warga, perubahan regulasi, hingga reformasi internal lembaga.
Namun, benang merah dari semua perjuangan mereka adalah keberanian personal dan konsistensi menjaga integritas.
Menyambut Hakordia 2025, kisah mereka menjadi pengingat bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil yang tidak kompromi pada nilai kejujuran.
Pada akhirnya, gerakan antikorupsi adalah tanggung jawab kolektif yang melibatkan negara, media, masyarakat, dan terutama keteladanan pemimpin.***
Artikel Terkait
KPK Siapkan Kajian Khusus soal RUU Penyadapan, Publik Khawatir Efektivitas Pemberantasan Korupsi Turun
Putusan Praperadilan Ditolak, KPK Genjot Ekstradisi Paulus Tannos dalam Kasus Mega Korupsi KTP-el
KPK Selidiki Dugaan Korupsi PT LEN, Benarkah Terhubung ke Proyek Digitalisasi SPBU 2018–2023?
Johan Budi Kritik Keras Amnesti Hasto: Rekonsiliasi Politik Tidak Bisa Menunggangi Kasus Korupsi?
Skor Integritas Anjlok! 500 Pengusaha Terjerat Korupsi pada Triwulan III 2025, Ini Penyebabnya