Dalam tradisi NU, keberkahan sebuah keputusan sering kali dinilai bukan dari besarnya suara mayoritas, tetapi dari restu dan doa para kiai sepuh.
Pernyataan Gus Yahya membuka ruang optimisme baru bagi warga NU yang mendambakan ketenangan jam’iyah.
Saat banyak lembaga sosial keagamaan menghadapi tantangan kompleks, seruan islah menjadi pengingat bahwa kekuatan NU justru terletak pada kemampuannya menjaga persatuan.
Momentum ini juga dapat menjadi titik balik untuk memperbaiki komunikasi internal agar tidak mudah terpengaruh dinamika eksternal.
Ke depan, implementasi islah menjadi kunci apakah seruan para kiai benar-benar terwujud.
Warga Nahdliyin berharap proses ini berjalan terbuka dan konsisten, sejalan dengan semangat Muktamar ke-34.
PBNU sebagai motor organisasi diharapkan mampu menjaga arah khidmah agar tetap fokus pada pelayanan umat.***
Artikel Terkait
PBNU Sebut Gus Fahrur Terlibat di Tambang Nikel Murni Atas Nama Pribadi
PBNU Desak KPK Tak Ragu Geledah Kasus Kuota Haji, Meski Harus Sentuh Tempat Sakral
KPK Telusuri Aliran Uang Korupsi Kuota Haji, PBNU Ikut Terseret dalam Pemeriksaan
Mahfud MD Blak-blakan Ungkap Sulit Percaya PBNU Terlibat Korupsi Kuota Haji Rp1 Triliun, Ini Alasannya!
Gus Yahya Dipecat dari Kursi Ketum PBNU, Tapi Menolak Mundur: Drama Internal Makin Memanas