Deteksi dini menjadi hal krusial sebelum propaganda terorisme menancapkan jebakan emosional yang sulit dicabut.
Opini Publik: Kekhawatiran soal Game Online dan Media Sosial untuk Anak
Di media sosial, berbagai komentar publik menunjukkan kekhawatiran yang sama: pengawasan internet bagi anak masih sangat rendah.
Banyak warganet menilai bahwa game online dan platform media sosial kini menjadi “pintu belakang” bagi kelompok teroris untuk menjerat anak-anak yang rentan.
Sejumlah pemerhati anak juga mendorong pemerintah untuk memperkuat literasi digital di sekolah, khususnya terkait deteksi tanda-tanda radikalisasi dini, mulai dari perubahan perilaku hingga pola komunikasi online.
Kasus rekrutmen 110 anak oleh jaringan terorisme menjadi pengingat bahwa keamanan digital kini sama pentingnya dengan keamanan fisik.
Agar tragedi serupa tidak terulang, dibutuhkan kolaborasi kuat antara negara, sekolah, komunitas, dan keluarga.
Meningkatkan literasi digital anak bukan lagi opsi, tetapi menjadi kebutuhan mendesak.***
Artikel Terkait
350 Personil Brimob Siap ke Gaza! Indonesia Bersiap Kirim Pasukan Elite untuk Misi Perdamaian PBB
Isu Ijazah Palsu Guncang MK, Arsul Sani Dilaporkan ke Bareskrim, DPR Ikut Disorot
Terungkap Lagi! KPK Panggil 12 Saksi Korupsi Kuota Haji Diduga Tembus Rp1 Triliun, dari Travel Sampai Eks Pejabat Ikut Terseret
Langsung Terjawab! Arsul Sani Pamer Ijazah S-3 Asli di MK, Buktikan Semua Tuduhan soal Ijazah Palsu
Eksepsi Mental! Dua Polisi Tersangka Pembunuh Brigadir Nurhadi Ditolak Hakim, Sidang Berlanjut Panas di Gili Trawangan