Sebagian warganet juga menekankan bahwa peristiwa ini harus dijadikan peringatan agar isu mental health di kalangan remaja tidak lagi dianggap sepele.
Psikolog remaja dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Widyastuti, menilai bahwa kasus ini menggambarkan dampak nyata dari kurangnya dukungan emosional bagi anak.
“Remaja yang kehilangan figur pendamping sering kali memendam perasaan negatif yang jika tidak tertangani, bisa muncul dalam bentuk perilaku ekstrem,” ujarnya.
Ia menambahkan, empati sosial sangat dibutuhkan agar ABH tidak distigma atau dikucilkan. Pendekatan hukum harus dibarengi pendekatan psikologis dan sosial agar anak dapat direhabilitasi dengan layak.
Polisi menegaskan bahwa proses hukum terhadap pelaku akan mempertimbangkan aspek perlindungan anak. Selain itu, tim pendamping psikologis telah diterjunkan untuk memastikan kondisi mental ABH tetap stabil selama proses hukum berjalan.
“Ini bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal kondisi sosial dan psikologis anak. Kita harus melihat secara utuh agar tidak ada stigma negatif yang memperburuk keadaan,” ujar Kombes Budi Hermanto.
Polda Metro Jaya mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan spekulasi atau informasi yang belum terverifikasi.
Pendekatan berbasis empati dinilai penting untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa depan.
Kasus ledakan SMAN 72 menjadi refleksi bersama bahwa persoalan psikologis remaja tidak bisa diabaikan.
Di tengah tekanan sosial dan keluarga yang tidak utuh, banyak anak mencari pelarian dengan cara yang keliru. Namun, menghakimi tanpa memahami akar masalah hanya akan memperdalam luka mereka.
Masyarakat diharapkan ikut aktif menciptakan ruang aman bagi pelajar untuk berbagi cerita dan mencari bantuan.
Karena di balik setiap tindakan ekstrem seorang anak, sering kali ada jeritan sunyi yang tak terdengar oleh siapa pun.***
Artikel Terkait
Ledakan Misterius di SMAN 72 Jakarta! Pramono Anung Turun Tangan, Biaya Korban 100 Persen Gratis dari Pemprov DKI
Presiden Prabowo Ikuti Perkembangan Ledakan SMAN 72 Jakarta, Kapolri Beberkan Terduga Pelaku dan Motif Awal
Fakta Mengejutkan Ledakan SMAN 72 Jakarta, Ada 3 Bom Rakitan, 1 Tak Meledak, Polisi Curigai Motif Dendam Korban Perundungan
Saat Ledakan Menghentikan Shalat Jumat di SMAN 72 Jakarta, KemenHAM Gercep Dampingi Koordinasi Lintas Lembaga untuk Pemulihan Korban
Kapolri Tekankan Ledakan SMAN 72 sebagai Peringatan Serius, Investigasi Motif Pelaku Dipercepat