Dianggap Lecehkan Adat Rambu Solo, DPR Panggil Pandji untuk Klarifikasi

photo author
- Selasa, 4 November 2025 | 15:29 WIB
DPR panggil komika Pandji Pragiwaksono terkait candaannya tentang adat Toraja Rambu Solo
DPR panggil komika Pandji Pragiwaksono terkait candaannya tentang adat Toraja Rambu Solo

HUKAMANEWS — Pernyataan komika Pandji Pragiwaksono dalam sebuah penampilan yang menyinggung prosesi adat Rambu Solo di Toraja menuai reaksi keras. Anggota DPR RI Frederik Kalalembang menyebut akan memanggil Pandji untuk memberikan klarifikasi atas ucapannya yang dianggap melecehkan nilai budaya Toraja.

“Rencananya saya akan mengundang yang bersangkutan untuk klarifikasi apa sebenarnya yang dimaksud, supaya tidak salah penafsiran bagi orang yang awam,” kata Frederik dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).

Frederik, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IkaTNus), menilai video Pandji yang beredar di media sosial tidak pantas dijadikan bahan candaan. Ia menegaskan, Rambu Solo’ bukan sekadar upacara kematian, tetapi bentuk penghormatan dan kasih sayang mendalam kepada leluhur.

Baca Juga: Kasus Minyak Mentah Makin Panas! KPK Endus Jejak Korupsi Petral, Kerugian Negara Bikin Geleng Kepala!

“Kalau benar video tersebut, sangat disayangkan, karena bisa merembet ke mana-mana. Apalagi dijadikan guyonan atau olok-olokan,” ujarnya.

Dalam penampilannya, Pandji menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena biaya besar dalam menggelar pesta kematian. Ia juga menggambarkan jenazah keluarga dibiarkan di ruang tamu di depan televisi karena tak mampu membiayai pemakaman.

Pernyataan ini dianggap menyinggung dan merendahkan makna filosofis Rambu Solo’ yang telah diwariskan turun-temurun.

“Itu bukan soal kemewahan, tapi tanda cinta kasih dari anak dan cucu kepada orang tua yang telah membesarkan mereka. Kami tidak ingin melepas orang tua kami dengan tergesa-gesa. Semua dilakukan dengan hormat dan kasih,” kata Frederik.

Baca Juga: Diam-Diam Diperiksa KY, Tiga Hakim Kasus Tom Lembong Terseret Isu Etik, Publik Desak Transparansi!

Menurutnya, tak ada orang Toraja yang menjadi miskin karena menghormati leluhurnya. Tradisi tersebut justru menjadi sumber kebanggaan dan perekat sosial di tengah masyarakat Toraja.

Frederik juga menolak anggapan bahwa prosesi adat Toraja bersifat horor atau menyeramkan. Menurutnya, persepsi itu lahir karena ketidaktahuan terhadap nilai-nilai budaya lokal.

“Kalau dikatakan horor, itu karena melihat sepihak. Dalam kepercayaan kami, menghormati leluhur akan mendatangkan berkat. Sebaliknya, jika diabaikan bisa mendatangkan murka,” ujarnya.

Ia menegaskan, setiap adat memiliki makna kemanusiaan yang luhur. Karena itu, ia mengingatkan agar siapa pun berhati-hati dalam menafsirkan atau menjadikan tradisi sebagai bahan lelucon di ruang publik.

Baca Juga: Sumpah Pemuda dan Mimpi Antikorupsi yang Tersesat di Jalan Kekuasaan

“Bagi kami, menghormati leluhur bukan beban, tapi kehormatan. Adat Toraja adalah warisan yang menjaga hubungan antara yang hidup dan yang telah pergi dalam bingkai kasih yang tidak putus,” tuturnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X