Rumah Ahmad Sahroni Ludes Dijarah, Politisi NasDem Pilih Menghilang dan Enggan Pulang

photo author
- Senin, 8 September 2025 | 15:44 WIB
Rumah Ahmad Sahroni di Tanjung Priok dijarah massa. (HukamaNews.com / Net)
Rumah Ahmad Sahroni di Tanjung Priok dijarah massa. (HukamaNews.com / Net)

Dalam cuitan tersebut, Sahroni mengaku menyesal, berjanji memperbaiki diri, sekaligus menegaskan belum bisa pulang ke Indonesia demi keamanan keluarga.

Namun, Partai NasDem langsung memberi klarifikasi. Mereka menegaskan akun itu bukan milik Sahroni dan menilai unggahan tersebut bernada provokatif.

Pernyataan ini semakin memicu perdebatan publik tentang siapa sebenarnya yang berada di balik akun tersebut.

Opini publik di media sosial cukup keras. Banyak warganet mengecam sikap Sahroni yang dianggap tidak bertanggung jawab dan memilih “menghindar” di luar negeri.

Baca Juga: Daftar 16 Calon Hakim Agung Bocor ke Publik, DPR Tantang Warga Kasih Penilaian Sebelum Uji Kelayakan

Beberapa komentar menyoroti standar ganda pejabat yang kerap berbicara soal nasionalisme, namun justru menghilang saat situasi krisis.

Di sisi lain, ada pula yang menilai keberadaan Sahroni di luar negeri bisa dimaklumi demi keselamatan keluarga.

Konteks ini mengingatkan pada kasus serupa yang pernah terjadi di Indonesia, ketika sejumlah tokoh publik memilih keluar negeri setelah terjerat kontroversi atau tekanan massa.

Fenomena ini bukan sekadar soal rumah dijarah atau pejabat yang enggan pulang. Lebih jauh, kasus Sahroni mencerminkan rendahnya kepercayaan publik terhadap elite politik.

Di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih sulit, gaya hidup mewah pejabat, termasuk Sahroni yang dijuluki “Crazy Rich Tanjung Priok”, mudah memicu kecemburuan sosial.

Baca Juga: DPR Kawal Isu Lingkungan Mulai dari Sampah, Limbah, hingga Perdagangan Karbon Jadi Fokus 2026

Saat ucapan atau perilaku dianggap menyinggung, kemarahan publik pun cepat tersulut.

Jika tak segera ada komunikasi terbuka, dikhawatirkan kasus ini akan semakin memperlebar jurang antara rakyat dan wakilnya di parlemen.

Kasus Ahmad Sahroni membuka bab baru hubungan publik dan elite politik. Permintaan maaf memang disampaikan, namun absennya kehadiran fisik membuat pesan itu dirasa hampa.

Publik menunggu langkah nyata, bukan sekadar kata-kata. Apalagi, kerusuhan di Tanjung Priok menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap wakil rakyat bisa runtuh dalam sekejap.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X