Disaat yang sama, Awaluddin Ritonga, M.Pdi.I selaku Kepala Sekolah SD Plus Al-Aitam, mengakui adanya fenomena sharenting ini menjadi tantangan baru saat penggunaan media sosial semakin masif sejak pandemi.
Menyikapi hal tersebut, SD Plus Al-Aitam menghadirkan program khusus yang bertujuan membantu orang tua dalam membatasi sekaligus mengarahkan anak agar lebih bijak dalam menghadapi konten digital.
“Sekolah dan guru di SD Plus Al-Aitam memiliki program untuk mendampingi orang tua dalam memberikan pemahaman, agar dapat lebih bijak dalam membuat maupun memilih konten yang akan dipublikasikan di media sosial,” jelas pihaknya.
Selain itu, sekolah juga menyediakan ekstrakurikuler content creator bagi siswa yang memiliki minat di bidang ini. Kegiatan tersebut tetap dilaksanakan dengan peraturan dan pembatasan tertentu, sehingga anak dapat berkreasi namun tetap berada dalam pengawasan guru maupun orang dewasa.
”Sharenting dapat berujung pada eksploitasi anak jika tidak ada kontrol dari orang tua. Karena itu, perlu adanya kerja sama untuk lebih berhati-hati dan membatasi unggahan konten anak di media sosial. Meski tujuan awalnya untuk mengabadikan momen bahagia, orang tua tetap disarankan meminta persetujuan anak, misalnya apakah anak merasa nyaman direkam atau difoto, sebab sebagian anak justru merasa tidak nyaman,” ujar Fitri Andriani, M.Pd. Guru TK Al-Azhar 30 Bandung menegaskan.***
Artikel Terkait
Pekan Depan, Australia Siapkan Aturan Denda Kepada YouTube Jika Nekat Tayangkan Konten Berbahaya Untuk Anak
Pimpinan Pusat Fatayat NU Resmi Luncurkan Lembaga Bantuan Hukum untuk Perempuan dan Anak dari Rentannya Tindak Kekerasan
WASPADA! Bukan Cuma Game, Roblox Ternyata Bisa Jadi ‘Ladang Berburu’ Predator Seksual yang Mengincar Anak-Anak
Komisioner KPAI: Sharenting Bukan Tren Lucu, Anak Bisa Jadi Korban di Medsos
Polisi Tangkap Direktur Lokataru Delpedro Marhaen, Diduga Sebar Hoaks dan Rekrut Anak untuk Aksi Anarkis