Pihak medis saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui apakah ada zat lain dalam tubuh korban yang mungkin memengaruhi kondisinya.
Namun, dugaan kematian akibat hipotermia tidak bisa dipastikan karena jenazah sempat disimpan dalam freezer, sehingga kondisi suhu tubuh tidak dapat dievaluasi dengan akurat.
Autopsi terhadap jenazah Juliana dilakukan Kamis malam (26/6/2025) pukul 22.05 Wita, dimulai dengan pemeriksaan luar, kemudian dilanjutkan dengan prosedur autopsi penuh.
Baca Juga: Kirab Budaya Grebeg Pakujoyo Sukoharjo Jadi Ajang Galakkan Ekonomi Kerakyatan
Sebelumnya, sempat muncul kabar bahwa autopsi akan dilakukan di Mataram, namun akhirnya diputuskan dilakukan di Denpasar.
Hingga kini, belum ada indikasi kuat bahwa kematian Juliana mengandung unsur tindak pidana.
Namun pihak rumah sakit menegaskan semua prosedur dilakukan sesuai standar hukum dan kedokteran forensik.
Tragedi ini menyoroti kembali pentingnya keselamatan saat mendaki gunung, terutama di medan ekstrem seperti Rinjani.***
Artikel Terkait
WNA Brasil Tewas di Rinjani, Warga Net Heboh! Ini Deretan Tragedi Mengerikan dalam 90 Hari Terakhir
Jenazah Juliana Pendaki Brasil yang Tewas di Jurang Gunung Rinjani Sudah Diotopsi di RS Bhayangkara Mataram
Menginap Berjam - Jam di Tebing Gunung Rinjani, Inilah Perjuangan Evakuasi Juliana Marina di Jurang Sedalam Enam Ratus Meter
Dimata Pendaki, Perlu Aturan Keselamatan di Jalur Pendakian Gunung Rinjani
Bukan Hipotermia, Pendaki Brazil Ini Meninggal Karena Luka Dalam 20 Menit Pasca Jatuh di Gunung Rinjani