Bukan Hipotermia, Pendaki Brazil Ini Meninggal Karena Luka Dalam 20 Menit Pasca Jatuh di Gunung Rinjani

photo author
- Jumat, 27 Juni 2025 | 15:34 WIB
WNA asal Brazil Juliana terjatuh di Gunung Rinjani sejak Sabtu (21/6) dan usaha penyelamatan terus dilakukan (Ist)
WNA asal Brazil Juliana terjatuh di Gunung Rinjani sejak Sabtu (21/6) dan usaha penyelamatan terus dilakukan (Ist)

HUKAMANEWS – Fakta baru muncul usai proses evakuasi Juliana Marins selesai turun dari lereng Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dokter Forensik Rumah Sakit (RS) Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit, memperkirakan pendaki asal Brazil, Juliana De Souza Marins, hanya bertahan hidup selama 20 menit usai terjatuh ke jurang.

Fakta ini diperoleh dikarenakan Juliana mengalami luka parah dan pendarahan akibat benturan keras yang ditemukan di sekujur tubuhnya.

"Kita memang menemukan adanya luka-luka pada seluruh tubuh korban, terutama yang ada adalah luka lecet geser. Kemudian, kita juga menemukan adanya patah tulang, terutama di daerah dada, bagian belakang, juga tulang punggung dan paha. Dari patah tulang inilah terjadi kerusakan pada organ-organ dalam serta pendarahan," jelas Alit ketika konferensi pers yang dilakukan setelah autopsi, Jumat, 27 Juni 2025.

Baca Juga: Hasto Ngeles Soal Harun Masiku di MA, Jaksa Bongkar Isi Chat WhatsApp dan Fakta Mengejutkan di Sidang!

Alit mengungkap, luka terparah terletak di bagian dada, terutama daerah dada bagian belakang dan punggung. Luka tersebut yang merusak organ-organ di dalamnya. Selain itu, terjadi akumulasi pengaruh kekerasan dari benturan dalam tubuh Juliana akibat terjatuh. Meskipun demikian, tubuh Juliana utuh dan tidak ada bagian yang terfragmentasi.

"Tidak ada bukti yang kita dapatkan bahwa korban ini meninggal dalam waktu yang lama dari lukanya. Di otak tidak ada hernia (tonjolan abnormal), kemudian juga spleen (limpa) tidak mengerut. Artinya masih menyimpan darah. Berarti disimpulkan tidak ditemukan adanya tanda-tanda orang ini meninggal dalam jangka waktu yang lama dari lukanya," tegasnya.

Selain itu, Alit juga membantah bahwa penyebab kematian Juliana adalah hipotermia. Dalam proses autopsi, forensik tidak menemukan luka hitam pada ujung jari yang merupakan indikasi terjadi hipotermia. Kematian akibat hipotermia juga memerlukan waktu yang lama karena otak memiliki termoregulator untuk mengatur suhu tubuh.

Baca Juga: 30 Juni 2025 Kerja atau Libur? Ini Penjelasan Lengkapnya agar Kamu Tidak Salah Jadwal

"Ini tidak ada luka, berarti bisa kita katakan bahwa tidak ada hipotermia," ungkapnya.

Saat ini, jenazah Juliana masih dipreservasi di dalam pendingin milik RS Bali Mandara agar jenazah tetap dalam keadaan awet ketika dipulangkan ke negaranya. Menurut Alit, pagi tadi penyidik sudah menyerahkan jenazah Juliana ke keluarga melalui kuasa hukumnya.

"Belum ada jadwal kepulangan. Informasi terakhir masih mencari penerbangan," tutupnya.

Baca Juga: Punya Mata Biru Memikat, Kucing Himalaya Ternyata Hasil Persilangan Tak Biasa yang Bikin Penasaran

Anggota Komisi V DPR RI, Abdul Hadi, menilai insiden meninggalnya seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins, akibat terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi momentum pembenahan di Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).

"Kejadian ini harus menjadi momentum pembenahan menyeluruh agar tragedi serupa tidak terulang pada masa depan," kata Abdul Hadi.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Rekomendasi

Terkini

X