Kelompok seperti Keluarga Besar Driver Jabodetabek (KBDJ) memilih tetap menarik order demi kebutuhan harian.
Freddy Santoso Suherli, ketua KBDJ, menegaskan bahwa mereka mendukung perjuangan, tapi harus tetap bekerja untuk menghidupi keluarga.
Sementara itu, aplikator seperti Maxim menolak mendukung aksi ini dan menyatakan layanan tetap beroperasi normal.
Pemerintah tidak tinggal diam.
Kementerian Perhubungan menggelar pertemuan dengan Grab, Gojek, Maxim, dan inDrive sehari sebelum aksi berlangsung.
Tujuannya, mencari jalan tengah agar permasalahan ini tidak berlarut dan merugikan banyak pihak.
Dalam Aksi Akbar 205 ini, para pengemudi mengusung lima tuntutan utama: penurunan potongan biaya aplikasi menjadi maksimal 10 persen, penghapusan sistem diskriminatif seperti slot dan aceng, revisi tarif yang mencerminkan kerja nyata, payung hukum yang melindungi pengemudi, serta tindakan tegas terhadap pelanggaran regulasi oleh aplikator.
Namun, tantangan terbesar kini ada di meja dialog.
Akankah suara dari jalanan digital ini benar-benar didengar?
Ataukah, seperti aksi sebelumnya, hanya berakhir sebagai tren sesaat tanpa tindak lanjut berarti?
Di tengah hingar-bingar ekonomi digital, para pengemudi ojol tetap menjadi aktor utama yang kerap terlupakan.
Mereka berharap aksi ini membuka mata semua pihak: bahwa keadilan dalam ekosistem digital harus dimulai dari mereka yang menggerakkan roda di jalanan.***
Artikel Terkait
Ribuan Rekening Dibekukan Tanpa Peringatan, Ini Alasan Mengejutkan dari PPATK yang Bikin Nasabah Panik
PPATK Blokir Ribuan Rekening Dormant, Ini Alasan dan Cara Mengaktifkannya Kembali
Terbongkar! Eks Ketua PN Surabaya Rudi Suparmono Diduga Terima 'Uang Terima Kasih' untuk Pengaruhi Vonis Bebas Ronald Tannur
Dr Yenti Garnasih: Budi Arie Setiadi Seharusnya Sudah Tersangka, dari Surat Dakwaan Bukti Jelas Ada Keterlibatan di Situs Judol Kominfo
Komoditas Kelapa Terbaik Jadi Primadona Ekspor ke China, Orang Indonesia Cukup Dapat Kelapa KW Saja