Kolaborasi Lintas Agama, Generasi Muda Jadi Ujung Tombak Mitigasi Krisis Lingkungan

HUKAMANEWS Greenfaith - Krisis lingkungan semakin mengkhawatirkan dan menuntut solusi konkret yang melibatkan semua pihak.

Generasi muda kini mengambil peran penting dalam upaya mitigasi, didukung oleh kolaborasi lintas agama yang memperkuat advokasi lingkungan.

Forum Grup Diskusi (FGD) yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan The Foreign, Commonwealth, and Development Office of the UK Government (FCDO) menjadi ajang strategis untuk memperkuat sinergi dalam menyelamatkan bumi.

Baca Juga: Di Balik Kemeriahan Lampion di Hari Waisak, Energi Candi Borobudur Harus Terpelihara Seturut Sang Buddha

Peran Sentral Generasi Muda dalam Keadilan Lingkungan

Keterlibatan generasi muda dalam isu lingkungan bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak.

Parid Ridwanuddin dari Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia menegaskan bahwa anak muda memiliki keresahan tinggi terhadap perubahan iklim.

Berdasarkan survei UNDP 2022 terhadap dua juta anak muda di 50 negara, mayoritas berusia 0-35 tahun mendesak pemerintah untuk bertindak nyata dalam mengatasi krisis lingkungan.

Sebaliknya, generasi di atas 36 tahun cenderung kurang peduli terhadap isu ini.

Baca Juga: Beragama dengan Nalar Segar

"Generasi mendatang berhak atas lingkungan yang sehat. Kita harus mewariskan mata air, bukan air mata," ujar Parid.

Ia menekankan bahwa ketimpangan antar-generasi dalam kepedulian lingkungan harus diatasi dengan memberikan ruang lebih besar bagi kaum muda dalam pengambilan kebijakan.

Dari Meratus untuk Indonesia: Aksi Nyata Anak Muda

Gerakan lingkungan tidak hanya sekadar diskusi, tetapi juga aksi nyata.

Al Bawi, pegiat lingkungan dari Kalimantan Selatan, membagikan pengalamannya dalam menyelamatkan Pegunungan Meratus dari ancaman deforestasi dan pertambangan.