Game Lama, Pemain Baru, Dugaan Korupsi Pertamina dan Mafia Migas yang Tak Kunjung Usai

"Saya katakan kepada beliau, Pak Presiden, urusan mafia dan energi ini bukan urusan teknis tapi urusan pemimpin negara," ujar Sudirman.

Dengan kata lain, perang melawan mafia migas bukan sekadar masalah audit atau regulasi, tetapi juga keberanian politik dari pemimpin tertinggi negara.

Audit Petral dan Tekanan dari Berbagai Pihak

Salah satu upaya besar yang dilakukan Sudirman Said saat menjabat sebagai Menteri ESDM adalah audit terhadap Petral (Pertamina Energy Trading Ltd.), anak usaha Pertamina yang selama ini dituding sebagai sarang mafia migas.

Baca Juga: Sidang Isbat Awal Ramadan 1446 H, Akankah Umat Islam di Indonesia Puasa Bersamaan?

Ia mengungkapkan bahwa saat audit dilakukan, tekanan dari berbagai pihak begitu kuat agar proses ini dihentikan.

Bahkan, ada upaya dari pihak tertentu untuk meminta perlindungan langsung kepada presiden guna menggagalkan audit tersebut.

Namun, berkat kegigihan dan ketegasan dalam menjalankan tugasnya, audit tetap berjalan dan menjadi langkah penting dalam mengungkap dugaan praktik korupsi di sektor migas.

Mengapa Mafia Migas Sulit Diberantas?

Meski berbagai upaya telah dilakukan, mafia migas tetap bertahan dan terus beradaptasi. Beberapa alasan utama yang membuat mereka sulit diberantas antara lain:

Baca Juga: PP Muhammadiyah Keluarkan Maklumat Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H, Puasa Mulai Sabtu, 1 Maret

1. Perlindungan Politik - Seperti yang disebutkan Sudirman Said, mafia migas tidak mungkin bertahan tanpa dukungan dari pihak berkuasa.

2. Modus Operandi yang Berubah-ubah - Setiap kali ada upaya pemberantasan, mafia migas menemukan cara baru untuk beroperasi tanpa terdeteksi.

3. Sistem yang Tidak Transparan - Kurangnya transparansi dalam tata kelola minyak dan gas membuka celah bagi oknum tertentu untuk bermain.

4. Tekanan dan Intervensi - Pejabat yang berusaha memberantas mafia migas sering mendapat tekanan politik, bahkan ancaman.