HUKAMANEWS - Kunjungan Paus Fransiskus membawa angin segar untuk menunjukkan bahwa Indonesia cinta damai dan toleransi.
Namun sayangnya dalam kunjungan singkat Paus yang berlangsung sejak Selasa (3/9) hingga berakhir Jumat ini (6/9), suara-suara menyerang Paus kencang terdengar.
Di sisi lain memang ada pengakuan mengejutkan dari seorang Pemimpin Umat Katolik Dunia itu.
Dikutip dari Voice of Amerika (VoA), pada Jumat (6/9), Paus mengatakan bahwa menjadi seorang homoseksual itu bukanlah sebuah kejahatan.
"Ya, tapi itu sebuah dosa, betul pertama-tama coba kita bedakan antara dosa dan kejahatan, tidak beramal dengan satu sama lain juga bentuk sebuah dosa," tutur Paus.
Paus Fransiskus yang baru saja mengadakan agenda apostolik di Jakarta sejak Selasa (3/9) dan berakhir hari ini, Jumat (6/9), mengakui bahwa para uskup Katolik di beberapa bagian dunia masih mendukung undang-undang yang mengkriminalisasi homoseksual atau mengkriminalisasi komunitas LGBTQ.
"Setiap laki-laki dan perempuan harus memiliki 'jendela' dalam hidup mereka, dimana mereka bisa punya harapan dan dimana mereka bisa melihat martabat Tuhan," katanya.
Menurut Paus, menjadi homoseksual bukanlah kejahatan itu adalah kondisi manusia.
Sebelumnya, terdengar isu bahwa kedatangan Paus untuk meminta Indonesia mensahkan pernikahan sesama jenis.
Belum jelas asalnya isu tersebut yang sempat meramaikan beberapa akun medsos.
Di luar isu pernikahan sesama jenis, yang jelas faktanya Kementerian Kominfo sudah meminta azan diganti dengan running teks saat Paus memimpin Misa di Gelora Bung Karno (GBK) pada Kamis (5/9).
Tentu saja, aturan Kementerian Kominfo langsung dikecam karena Indonesia mayoritas pemeluk Islam.
Dalam keterangan tertulisnya, Sekjen Partai Ummat, Taufik Hidayat mengatakan, Partai Ummat menyayangkan aturan Kementerian Kominfo.
Terkait adanya permohonan dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) agar Azan Magrib ditiadakan dan diganti dengan running text saat acara Misa bersama Paus Fransiskus.
Artikel Terkait
Rieke Diah Pitaloka Manfaatkan Momen Pertemuan dengan Paus Fransiskus untuk Curhat Soal Vonis Toni Tamsil yang Ganjil
Benarkah Kunjungan Paus Fransiskus Bisa Ubah Toleransi dan Gerakan Hijau di Indonesia? Simak Fakta Mengejutkanya!
Penjagaan Super Ketat, Paus Fransiskus Akhirnya Tinggalkan Jakarta Bertolak Menuju Papua Nugini
Lelah dengan Hiruk Pikuk Politik, Kehadiran Paus Fransiskus Membawa Vibrasi 'Healing' Bagi Masyarakat Indonesia