Sementara itu, gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797, dengan usia seismic gap 227 tahun.
Sebagai perbandingan, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai, Jepang, terjadi pada tahun 1946, dengan usia seismic gap 78 tahun.
"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tegas Daryono.
Pembahasan mengenai potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut adalah pengingat bagi kita semua untuk tidak lengah.
Meskipun belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan gempa akan terjadi, langkah-langkah mitigasi harus disiapkan dengan matang.
BMKG terus berupaya memberikan informasi yang akurat dan cepat kepada masyarakat, namun pada akhirnya, kesiapsiagaan kita semua adalah kunci untuk menghadapi potensi bencana ini.
Dengan pemahaman yang benar dan persiapan yang matang, kita dapat mengurangi risiko dan dampak dari bencana alam yang tidak dapat dihindari ini.
Tetap tenang, waspada, dan selalu siap menghadapi segala kemungkinan.***
Artikel Terkait
Langkah Mitigasi BMKG Menghadapi Potensi Gempa Megathrust, Simak dan Pahami untuk Antisipasi!
Jadi Ancaman Bencana Besar di Indonesia, Apa Sih Gempa Megathrust? Begini Penjelasan BMKG!
Sejarah Gempa Megathrust yang Pernah Terjadi di Indonesia, Begini Skenario Terburuk yang Jadi Ancaman
Mengapa Gempa Megathrust Nankai Jepang Menjadi Peringatan bagi Indonesia? Inilah Penjelasan dan Ancamannya!
BMKG Imbau Masyarakat Tidak Panik, Namun Tetap Waspada Terhadap Potensi Gempa Megathrust