Heboh Nyamuk Wolbachia, Mantan Menkes Siti Fadila Supari Bongkar Bahayanya, Awas dan Hati-hati Ini Mematikan!

photo author
- Senin, 20 November 2023 | 10:20 WIB
Mantan Menkes Siti Fadilah Supari bongkat bahaya nyamuk wolbachia (hops.id / HukamaNews.com)
Mantan Menkes Siti Fadilah Supari bongkat bahaya nyamuk wolbachia (hops.id / HukamaNews.com)

HUKAMANEWS - Selama beberapa hari terakhir, pertanyaan tentang penyebaran nyamuk wolbachia yang kontroversial telah memenuhi perbincangan.

Dalam artikel ini, kita akan merenung secara logis dan obyektif mengenai bahaya dan manfaat nyamuk wolbachia bagi masyarakat.

Mari kita telusuri temuan dampak nyamuk wolbachia yang dilakukan oleh mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadila Supari, dan pertimbangkan apakah langkah ini benar-benar membawa manfaat atau justru memunculkan potensi bahaya yang belum terpikirkan.

Baca Juga: Rencana Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali dan Indonesia, Ancaman Nyata atau Sekadar Konspirasi? Cek Penjelasannya

Pembicaraan mengenai nyamuk wolbachia telah meluas dan memunculkan pertanyaan di benak kita.

Apakah ini solusi ataukah justru membawa potensi bahaya yang belum kita sadari? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita tinjau lebih dalam.

Dilansir HukamaNews.com dari TikTok @siti_fadila_supari, nyamuk wolbachia pertama kali ditemukan oleh orang Australia pada tahun 2011.

Baca Juga: Pilpres 2024, Catatan untuk Para Capres-Cawapres: Ojo Lamis, Jangan Dusta, Jangan Sakiti Hati Rakyat Hanya Karena Ingin Berkuasa

Temuan ini kemudian menarik perhatian peneliti Indonesia, yang berkolaborasi dengan World Mosquito Program, sebuah proyek yang didanai oleh Bill Gates melalui Double UMP.

Prosesnya melibatkan rekayasa genetika dengan menyelipkan bakteri wolbachia pada nyamuk.

Dengan harapan bahwa ketika nyamuk yang membawa wolbachia ini kawin dengan nyamuk perempuan pembawa virus demam berdarah, keturunan mereka tidak akan membawa virus tersebut.

Baca Juga: Khawatir dan Heboh Soal Rencana Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia, Pakar UGM Malah Sebut Wolbachia Aman

Penelitian ini tidak hanya akademis, tetapi juga memiliki dampak nyata.

Sebuah penelitian di Yogyakarta pada tahun 2017 menunjukkan penurunan angka demam berdarah mencapai 77% di lapangan dan 86% di rumah sakit.

Meskipun hasil ini terdengar mengesankan, kita perlu bertanya apakah peneliti juga membandingkannya dengan metode pencegahan konvensional.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon Swadjiwa

Sumber: TikTok @siti_fadilah_supari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X