HUKAMANEWS – Datanglah ke kota Semarang besok Sabtu, tanggal 12 April 2025. Karena di Kelurahan Kandri Gunungpati Semarang akan digelar prosesi tradisi Sesaji Rewanda.Disini yang paling dicari adalah hidangan “Sego Kethek” atau dalam istilah Indonesia adalah nasi monyet, khusus dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih.
Sego Kethek sendiri berisi nasi yang dibungkus dengan daun jati dan diisi dengan sayuran, tahu, dan tempe.Sego kethek ditempatkan dalam gunungan bagian dari prosesi Sesaji Rewanda.
Gunungan tersebut bisa mencapai tinggi sekitar 2,5 meter, menciptakan pemandangan yang mengesankan. Selama pembagian gunungan, semua yang hadir, termasuk para monyet, bergabung dalam perayaan ini, menciptakan atmosfer persatuan yang menguatkan makna perayaan Sesaji Rewanda.
Baca Juga: Bocoran Lengkap vivo X200s Siap Rilis 21 April, Bawa Desain Ramping dan Spesifikasi Gahar
Tradisi Sesaji Rewanda akan digelar pada hari Sabtu, 12 April 2025 mulai pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati.
“Rencananya tradisi kirab Sesaji Rewanda akan dibuka langsung oleh Ibu Agustina, Wali Kota Semarang yang akan berjalan beriringan menuju lokasi sesaji,” terang Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso, Kamis, 10 April 2025.
Ia menjelaskan setelah sampai lokasi sesaji akan dihibur oleh penampilan Tari Bambu Krincing dan sejarah mengenai Goa Kreo. Selanjutnya kembali ditampilkan Tari Wanara Parisuka dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang serta ngalap berkah dan ramah tamah.
Baca Juga: Penyanyi Rossa Turut Kehilangan Titiek Puspa, Selamat Jalan Eyang Titiek Puspa...
Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15, saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berusaha membangun sebuah masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.
Sesaji Rewanda juga memiliki berbagai makna dan tujuan yang sangatlah mendalam. Lebih lanjut, Wing menambahkan Sesaji Rewanda yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “memberi hadiah kepada monyet”.
Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.
Baca Juga: Kabar Duka Penyanyi Titiek Puspa Dikabarkan Menghembuskan Nafas Kamis Sore Ini
“Manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk merawat alam dan semua makhluk yang hidup di dalamnya. Dengan memberikan ‘hadiah’ kepada para monyet yang tinggal di Goa Kreo, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadhan tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam,” imbuhnya.
Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal. Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini. Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan tarian yang menghibur dan memberikan semangat kepada peserta.
Artikel Terkait
Di Desa Candimulyo Kabupaten Temanggung, Ada Larangan Cicipi Makanan Tradisi Nyadran
Tradisi Tingalan Jumenengan Mangkunegaran Dorong Pertumbuhan Wisata dan Kuliner Domestik
Malam Nisfu Sya'ban, Ibadah Penuh Berkah atau Sekadar Tradisi? Ini Penjelasan Ulama
Ramadan Hijau, Menggugah Kesadaran Ekologis di Tengah Tradisi Ibadah
Ragam Tradisi Kuliner Lebaran di Indonesia Perayaan Rasa dan Kebersamaan