HUKAMANEWS - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan akses informasi, muncul sebuah fenomena yang cukup mengkhawatirkan di kalangan Generasi Z, yaitu tingginya angka terjerat utang pinjaman online (pinjol).
Sebuah studi terkini yang dilakukan oleh Bhimo Rizky Samudro, S.E., M.Si., Ph.D., seorang pemerhati ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, mengungkapkan alasan di balik fenomena ini.
Generasi Z, yang lahir di ambang milenium hingga awal dekade 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang serba digital.
Baca Juga: Tim Gegana Sterilisasi Ruang Rapat Pleno KPU Papua, Antisipasi Terhadap Ancaman di Pemilu 2024
Mereka adalah digital natives yang terbiasa dengan segala sesuatu yang praktis dan instan, termasuk dalam hal keuangan.
Bhimo menuturkan, "Gen Z memiliki karakteristik unik, mereka cenderung mencari kepraktisan dan kecepatan dalam segala hal, termasuk saat membutuhkan dana atau pinjaman."
Perbedaan mencolok terlihat saat membandingkan cara berpikir Gen Z dengan generasi sebelumnya, seperti milenial.
Generasi milenial cenderung lebih hati-hati, mempertimbangkan risiko dalam setiap keputusan finansial yang diambil.
Sementara itu, Gen Z lebih fokus pada kemudahan dan kecepatan akses tanpa memikirkan konsekuensi atau risiko yang mungkin timbul di kemudian hari.
Keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu secara instan ini yang akhirnya membuat banyak dari Generasi Z terjerat dalam pinjaman online.
Platform pinjol, dengan segala kemudahan akses dan proses yang cepat, menjadi solusi yang tampaknya sempurna untuk kebutuhan instan mereka.
Namun, tidak jarang kepraktisan ini berujung pada masalah keuangan yang serius akibat bunga pinjaman yang tinggi dan syarat pengembalian yang ketat.
Bhimo menambahkan, "Era digital memang memberikan banyak kemudahan, termasuk dalam hal akses ke layanan keuangan. Namun, ini juga membuka peluang bagi terciptanya siklus utang yang sulit untuk dihindari, terutama bagi mereka yang belum memahami sepenuhnya implikasi finansial dari keputusan yang diambil."