Keluarga miliarder Shinawatra memiliki sejarah yang bermasalah dengan tentara, dengan dua pemerintahannya digulingkan oleh para jenderal dalam kudeta pada tahun 2006 dan 2014.
Letnan Jenderal Boonsin Padklang, komandan Wilayah Angkatan Darat Kedua Thailand yang mengawasi perbatasan timur, pada hari Rabu mengatakan kepada media lokal bahwa Paetongtarn telah menghubunginya untuk menjelaskan kebocoran tersebut.
"Saya tidak punya masalah, saya mengerti," kata Boonsin.
Kebuntuan selama berminggu-minggu ini menyusul pertempuran kecil di perbatasan pada 28 Mei, yang menewaskan seorang tentara Kamboja.
Kedua negara telah menyerukan ketenangan sembari berjanji untuk mempertahankan kedaulatan mereka atas wilayah perbatasan darat sepanjang 820 km (510 mil) yang disengketakan, yang sebagian belum diberi batas wilayah.
Upaya untuk menyelesaikan masalah ini telah gagal, dan Kamboja pada hari Minggu memenuhi janjinya untuk mencari penyelesaian di Mahkamah Internasional, yurisdiksi yang menurut Thailand tidak diakui.
Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan Thailand kembali melanggar kedaulatannya dengan penerbangan pesawat nirawak, penggalian parit, dan pengerahan pasukan, yang dibantah oleh Bangkok.
Ribuan warga Kamboja bergabung dalam pawai yang diselenggarakan negara di ibu kota Phnom Penh pada hari Rabu untuk mendukung pemerintah, meneriakkan slogan-slogan, mengibarkan bendera nasional, dan memegang potret Hun Manet dan Hun Sen.
"Tanah Kamboja! Kami tidak akan mengambil tanah orang lain, kami akan mempertahankan tanah kami!" teriak beberapa orang.***