Sebelum Thailand Serang Kamboja, Situasi Tegang Dipicu dari Bocornya Percakapan Telepon PM Thailand Shinawatra dengan Mantan PM Kamboja Hun Sen

photo author
- Kamis, 24 Juli 2025 | 19:58 WIB
Bocornya percakapan telepon antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra (kiri), dan mantan Perdana Menteri Kamboja yang berpengaruh, Hun Sen (kanan), memicu serangan udara pada Kamis (24/7) (Ist)
Bocornya percakapan telepon antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra (kiri), dan mantan Perdana Menteri Kamboja yang berpengaruh, Hun Sen (kanan), memicu serangan udara pada Kamis (24/7) (Ist)

Keluarga miliarder Shinawatra memiliki sejarah yang bermasalah dengan tentara, dengan dua pemerintahannya digulingkan oleh para jenderal dalam kudeta pada tahun 2006 dan 2014.

Letnan Jenderal Boonsin Padklang, komandan Wilayah Angkatan Darat Kedua Thailand yang mengawasi perbatasan timur, pada hari Rabu mengatakan kepada media lokal bahwa Paetongtarn telah menghubunginya untuk menjelaskan kebocoran tersebut.

"Saya tidak punya masalah, saya mengerti," kata Boonsin.

Baca Juga: Jet Tempur F 16 Thailand Secara Mengejutkan Bom Sejumlah Target di Kamboja, Sedikitnya 12 Orang Tewas Termasuk Anak Usia 8 Tahun

Kebuntuan selama berminggu-minggu ini menyusul pertempuran kecil di perbatasan pada 28 Mei, yang menewaskan seorang tentara Kamboja.

Kedua negara telah menyerukan ketenangan sembari berjanji untuk mempertahankan kedaulatan mereka atas wilayah perbatasan darat sepanjang 820 km (510 mil) yang disengketakan, yang sebagian belum diberi batas wilayah.

Upaya untuk menyelesaikan masalah ini telah gagal, dan Kamboja pada hari Minggu memenuhi janjinya untuk mencari penyelesaian di Mahkamah Internasional, yurisdiksi yang menurut Thailand tidak diakui.

Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan Thailand kembali melanggar kedaulatannya dengan penerbangan pesawat nirawak, penggalian parit, dan pengerahan pasukan, yang dibantah oleh Bangkok.

Ribuan warga Kamboja bergabung dalam pawai yang diselenggarakan negara di ibu kota Phnom Penh pada hari Rabu untuk mendukung pemerintah, meneriakkan slogan-slogan, mengibarkan bendera nasional, dan memegang potret Hun Manet dan Hun Sen.

"Tanah Kamboja! Kami tidak akan mengambil tanah orang lain, kami akan mempertahankan tanah kami!" teriak beberapa orang.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Keikei Utari

Sumber: Reuters

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X