Pemilihan Paus berlangsung secara rahasia dengan prosedur khusus.
Setiap hari, para kardinal dapat melakukan hingga empat putaran pemungutan suara.
Dalam tiap sesi, mereka menuliskan nama kandidat pilihan di atas kertas suara bertuliskan kalimat Latin “Eligo in summum pontificem” yang berarti “Saya memilih sebagai Paus tertinggi”.
Kertas suara tersebut dilipat dan dimasukkan ke dalam guci perunggu.
Jika belum mencapai mayoritas dua pertiga suara, maka proses akan terus berlanjut.
Setiap lembar suara yang telah digunakan kemudian dibakar.
Asap hitam yang keluar dari cerobong Kapel Sistina menandakan belum adanya hasil, sedangkan asap putih menjadi sinyal bagi dunia bahwa Paus baru telah terpilih.
Sejumlah nama disebut sebagai kandidat kuat.
Di antaranya Kardinal Matteo Zuppi, Uskup Agung Bologna yang dikenal akan pendekatan pastoralnya.
Lalu ada Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan dengan pengalaman diplomatik yang panjang.
Kandidat lain yang menarik perhatian adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, yang menjabat sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa.
Baca Juga: Bikin Geger! Penjara Legendaris Paling Angker Alcatraz di AS Mau Dihidupkan Lagi Sama Trump
Keberagaman latar belakang kandidat ini mencerminkan dinamika internal Gereja Katolik yang terus berkembang di era global.
Konklaf ini diprediksi akan berlangsung selama beberapa hari.