Tak hanya mantan presiden, nama-nama besar seperti Keiko Fujimori—putri dari Fujimori dan rival Humala dalam pemilu, juga terseret dalam penyelidikan.
Begitu pula sejumlah mantan gubernur yang kini masuk radar jaksa.
Apa yang terjadi di Peru menjadi contoh konkret bagaimana dana kampanye ilegal bisa merusak demokrasi dari dalam.
Lebih dari sekadar berita kriminal, ini adalah pengingat bagi semua negara, termasuk Indonesia, tentang pentingnya integritas dalam pembiayaan politik.
Baca Juga: Liburan Mewah Berujung Maut, Bos Siemens dan Keluarga Tewas dalam Kecelakaan Helikopter di New York
Ketika uang haram masuk ke ranah kekuasaan, maka demokrasi bukan lagi suara rakyat, tapi suara pemodal.
Dan seperti yang ditunjukkan kasus Humala, harga dari kompromi tersebut bisa sangat mahal—bahkan harus dibayar dengan kebebasan.***