Tim penyelam NYPD dikerahkan segera dan berhasil menemukan seluruh korban. Empat orang dinyatakan tewas di tempat, sementara dua lainnya, termasuk sang pilot berusia 36 tahun, sempat dilarikan ke rumah sakit namun tidak tertolong.
Penyelidikan resmi kini tengah dilakukan oleh Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB) untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan.
Bell 206 yang digunakan disebut telah melakukan enam penerbangan pada hari itu—fakta yang menimbulkan pertanyaan soal kelelahan mesin atau kelalaian prosedural.
Wali Kota New York, Eric Adams, juga menyampaikan belasungkawa mendalam atas tragedi tersebut. "Kami sangat berduka atas kehilangan yang dialami para keluarga korban. Ini adalah hari yang kelam bagi kota ini," ujarnya.
Dalam konteks industri penerbangan wisata, kejadian ini bisa menjadi titik balik untuk evaluasi menyeluruh terhadap protokol keamanan.
Terutama bagi perusahaan yang menjual sensasi terbang kepada wisatawan dengan menjanjikan pengalaman sekali seumur hidup.
Tragedi ini juga menyentuh sisi kemanusiaan dari publik dunia—karena yang hilang bukan hanya seorang eksekutif perusahaan besar, tapi juga seorang ayah, seorang ibu, dan tiga anak kecil yang tak sempat menikmati hidup sepenuhnya.
Kini, yang tersisa adalah duka dan pertanyaan: apakah tragedi seperti ini bisa dicegah?
Baca Juga: Australia Pilih Kejar Kepentingan Nasional Ketimbang Gabung Dengan China
Dan bagi Siemens, kehilangan Escobar bukan sekadar kehilangan pemimpin, tapi kehilangan sosok yang tengah membentuk masa depan perusahaan dalam industri teknologi yang makin kompetitif.
Semoga penyelidikan yang dilakukan mampu membuka fakta-fakta penting dan menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak ada lagi nyawa yang hilang hanya karena kelalaian prosedur atau pengawasan yang lemah.***