HUKAMANEWS - Dunia saat ini menghadapi ancaman besar yang tidak terdengar seperti deru peluru atau ledakan bom.
Bukan lagi perang yang melibatkan tank dan jet tempur, tapi perang yang digerakkan oleh tarif, kebijakan proteksionis, dan gesekan dagang antarnegara.
Perang dagang global kini menjadi medan baru yang sama gentingnya seperti konflik bersenjata.
Isyarat ini datang dari Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, yang baru-baru ini memberikan peringatan tajam dalam pidatonya di parlemen.
Menurut Wong, arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah mantan Presiden Donald Trump, khususnya soal tarif universal 10 persen, menjadi sinyal nyata bahwa dunia sedang bergeser dari era perdagangan bebas menuju era yang lebih menutup diri dan rawan benturan kepentingan.
Wong menilai bahwa kebijakan tersebut tidak hanya mengguncang struktur ekonomi global, tetapi juga merusak tatanan multilateral yang selama ini dijaga oleh WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).
Ia bahkan menyebut pendekatan tarif timbal balik sebagai bentuk penolakan terang-terangan terhadap sistem perdagangan global yang adil dan berbasis aturan.
Bagi negara seperti Singapura yang hidup dari denyut ekspor dan arus barang lintas negara, situasi ini menjadi tantangan yang sangat serius.
Bila negara-negara lain ikut-ikutan mengikuti jejak proteksionis Amerika, maka negara-negara kecil yang bergantung pada sistem global akan terkena imbas paling besar.
Dalam konteks ini, Singapura merasa dirinya berada di posisi yang sangat rentan, terlebih jika sistem WTO benar-benar runtuh.
Menariknya, Singapura memilih jalur damai.
Alih-alih membalas dengan tarif serupa, mereka justru menahan diri.
Namun, Wong sadar bahwa tidak semua negara akan bersikap sama.
Artikel Terkait
Trump "Sang Pendamai" Buktikan ke Dunia Dirinya Pembantai Warga Sipil Yaman Tak Bersenjata, yang Sedang Rayakan Idul Fitri
I Stand With Palestine, Kutuk Serangan Israel Terhadap Paramedis, Israel Bantah Namun Video Buktikan Serangan Brutal
Partai Demokrat Rencanakan Pemakzulan Trump dalam Waktu 30 Hari, Trump Dinilai Tak Layak Sebagai Presiden
Gelombang Protes Meluas di AS, Ratusan Ribu Warga Bangkit Tolak Kuasa Trump dan Elon Musk
Trump dan Elon Musk Didemo dalam Protes yang Tergabung di Aksi Hands Off, Massa Tuntut Perebutan Kekuasaan oleh Para Miliarder