"Israel terus mencuri tanah dan sumber daya Palestina demi kepentingan pemukim bersenjata lengkap. Penyitaan tanah di Ramallah, Tubas, dan Lembah Yordan hanyalah puncak gunung es dari skema yang lebih besar," ujar pernyataan resmi Hamas.
Langkah ini juga dinilai sebagai strategi untuk menciptakan realitas baru di lapangan.
Dengan menyebut Tepi Barat sebagai "Yudea dan Samaria", Israel mencoba mengukuhkan klaimnya secara hukum dan sejarah, sehingga nantinya semakin sulit untuk ditantang dalam negosiasi internasional.
Baca Juga: Demi Efisiensi Anggaran, Trump Dekati Rusia dan China untuk Kembali Bahas Perundingan Senjata Nuklir
Dukungan AS dan Ilusi Politik
Di sisi lain, upaya Israel ini sejalan dengan gerakan serupa di Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Kongres AS juga memperkenalkan usulan untuk mengganti istilah "Tepi Barat" dalam dokumen resmi mereka.
Dukungan dari sekutu utama ini semakin memperkuat posisi Israel dalam konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Hamas menyebut kebijakan ini sebagai bagian dari ambisi pemerintah sayap kanan Israel yang semakin agresif dengan dukungan AS.
Baca Juga: Sufmi Dasco Ahmad Sebut, Presiden Prabowo Tekankan Efisiensi Anggaran Jangan Kurangi Hak Masyarakat
"Ini adalah ilusi yang dijual kepada publik Zionis oleh Trump dan sekutunya," tegas Hamas dalam pernyataannya.
Masa Depan Tepi Barat: Keteguhan atau Penyerahan?
Ketegangan di Tepi Barat semakin meningkat dengan adanya kebijakan ini.
Rakyat Palestina di wilayah tersebut semakin terdesak, baik oleh kebijakan hukum maupun agresi militer yang terus berlanjut.
Meski demikian, Hamas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan tinggal diam.