HUKAMANEWS - Israel kembali membuat gebrakan kontroversial di wilayah pendudukan.
Knesset, parlemen Israel, baru saja menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang akan mengganti istilah "Tepi Barat" menjadi "Yudea dan Samaria" dalam dokumen resmi.
Langkah ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk Hamas, yang menilai kebijakan ini sebagai bentuk aneksasi terselubung.
Baca Juga: Israel Ubah Nama Tepi Barat Jadi Yudea dan Samaria, Sinyal Aneksasi Penuh?
Revisi Nama, Revisi Sejarah?
RUU ini diajukan oleh Simcha Rothman, anggota parlemen Israel yang vokal menyuarakan kepentingan kaum sayap kanan.
Menurutnya, penggunaan istilah "Tepi Barat" adalah kesalahan historis yang harus segera diperbaiki.
"Ini bukan sekadar perubahan nama. Ini adalah langkah untuk mengembalikan sejarah ke jalur yang benar," tegas Rothman.
Dalam pembukaan RUU, disebutkan bahwa "Yudea dan Samaria adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah air bersejarah orang-orang Yahudi."
Baca Juga: Pecinta Fotografi Wajib Punya! 5 HP Ini Punya Kamera Setara DSLR, Hasilnya Bikin Melongo!
Pernyataan ini menegaskan bahwa Israel ingin mengukuhkan klaim historisnya atas wilayah tersebut, yang sebelumnya dikuasai Yordania sebelum perang tahun 1967.
Aneksasi Halus di Tengah Ketegangan Politik
Banyak pihak menilai perubahan nomenklatur ini bukan sekadar permainan kata, melainkan bagian dari strategi politik jangka panjang Israel untuk memperkuat cengkeramannya di Tepi Barat.
Hamas mengecam langkah ini sebagai bentuk aneksasi yang semakin mempersempit ruang gerak Palestina.
Baca Juga: Ada Rombongan Baru Staf Khusus Saat Efisiensi Anggaran, Masih Diperbolehkan Kok