“Situasi ini masih terkendali dan tidak perlu kekhawatiran berlebihan,” ujar Atul Goel, salah satu pejabat kesehatan India.
Di Pakistan, perhatian pada HMPV lebih terfokus pada pengawasan ketat.
Kementerian Layanan Kesehatan Nasional menginstruksikan Institut Kesehatan Nasional (NIH) untuk memantau perkembangan virus secara cermat.
Bahkan, diskusi antarpejabat kesehatan melalui video konferensi telah dijadwalkan untuk menentukan langkah strategis.
Meski belum ada keadaan darurat kesehatan yang diumumkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) mencatat peningkatan signifikan penyakit mirip flu, terutama di provinsi-provinsi utara negara tersebut.
Data menjelang akhir tahun 2024 menunjukkan lonjakan infeksi HMPV, khususnya pada anak-anak di bawah usia 14 tahun.
Virus HMPV pertama kali ditemukan pada tahun 2001 dan sering menimbulkan gejala seperti flu biasa, termasuk batuk, demam, dan hidung tersumbat.
Namun, pada kelompok rentan seperti balita dan lansia, komplikasi seperti bronkiolitis dan pneumonia dapat terjadi.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, mengungkapkan bahwa lonjakan infeksi pernapasan seperti ini adalah pola musiman.
“Penyakit ini tidak seburuk tahun-tahun sebelumnya dan cenderung melandai dalam beberapa waktu mendatang,” tuturnya.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap mengawasi situasi dengan cermat.
Hingga kini, belum ada vaksin yang tersedia untuk HMPV, sehingga pencegahan melalui perilaku hidup bersih menjadi kunci utama.
Virus ini menyebar melalui droplet saat batuk atau bersin, kontak langsung, dan sentuhan permukaan terkontaminasi.