Sebanyak 55 persen responden menyatakan tidak puas terhadap penanganan ekonomi oleh pemerintahan Trump.
Sementara yang menyatakan puas hanya sebesar 43 persen.
Menariknya, kelompok pemilih independen tercatat 23 poin lebih negatif dibandingkan saat Trump menjabat di periode sebelumnya.
Kondisi ini memperkuat kesan bahwa agenda ekonomi yang diusung Trump belum mampu mengatasi isu-isu krusial seperti tekanan harga dan kestabilan pasar.
Meski Trump kerap menyalahkan pemerintahan Joe Biden atas kenaikan inflasi, publik mulai menyadari bahwa pendekatan proteksionis dan kebijakan agresif justru memperbesar risiko gangguan ekonomi.
Di sisi lain, ketidakpuasan ini menjadi pertanda penting bagi peta politik menjelang pemilu berikutnya.
Jika tren negatif ini berlanjut, Trump bisa menghadapi tantangan yang lebih berat untuk meyakinkan publik bahwa dirinya layak kembali memimpin Negeri Paman Sam.
Jajak pendapat ini sekaligus memberikan gambaran nyata bahwa sentimen publik terhadap kebijakan ekonomi bukan hanya soal angka pertumbuhan atau indeks pasar saham.
Kepercayaan masyarakat dibangun dari rasa aman terhadap kestabilan ekonomi yang berkelanjutan.
Saat kebijakan justru menghadirkan ketidakpastian, maka penolakan pun tak terelakkan.
Kini, publik Amerika tampaknya menuntut lebih dari sekadar retorika.
Mereka ingin kebijakan ekonomi yang konkret, berpihak pada kesejahteraan bersama, dan mampu menjawab tantangan global dengan solusi jangka panjang.
Dan jika Trump tak segera menyesuaikan strategi, ia berisiko kehilangan panggung utama dalam percaturan politik Amerika Serikat.***
Artikel Terkait
Ingat Indonesia Masih Punya Daya Jual, Jangan Asal Lobi di Depan Donald Trump
Pre-Order Nintendo Switch 2 di Kanada Kena Imbas Perang Tarif Impor Trump, Harga di Indonesia Bisa Naik Drastis?
Tekanan Pendonor dan Pasar Rontok, Trump Diprediksi Ubah Arah! Ekonom Beberkan Alasan Mengejutkan
Tarif Impor Donald Trump Bikin Panas! Indonesia Jadi Negara yang Didekati Duluan, Apa yang Diam-Diam Ditawarkan ke Amerika?
Meski Donald Trump Bikin Goncangan, Rakyat Indonesia Masih Bisa Makan Tahu Tempe