Kalimat itu bukan sekadar slogan.
Fransiskus menjadikannya prinsip dalam memimpin, terutama dalam menyuarakan isu-isu keadilan sosial, perubahan iklim, hingga pembelaan terhadap pengungsi dan kaum marginal.
Kebijakan serta retorikanya kerap membuatnya dicintai oleh kaum progresif, namun tetap disegani oleh kelompok konservatif.
Ia mampu berdiri di dua kaki: satu berpijak pada doktrin ortodoks, satu lagi melangkah ke arah pembaruan.
Namun bukan berarti perjalanannya selalu mulus.
Sejumlah reformasi yang ia usung dalam struktur internal Vatikan sempat mendapat resistensi, terutama dari kelompok birokratis dan konservatif yang sudah lama bercokol di balik tembok suci Roma.
Meski demikian, reputasinya tetap kokoh di mata publik dunia sebagai pemimpin yang berani berbeda dan tidak takut membawa perubahan.
Sosoknya juga lekat dengan berbagai cerita kehidupan yang unik.
Lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, Bergoglio merupakan anak sulung dari lima bersaudara.
Orang tuanya merupakan imigran Italia yang melarikan diri dari fasisme.
Semasa muda, ia pernah bekerja sebagai penjaga klub malam dan penyapu lantai sebelum akhirnya menjadi ahli kimia.
Ia pun pernah nyaris meninggal akibat pneumonia parah yang memaksanya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru.
Namun pengalaman hidup itulah yang menempa karakter tangguhnya.
Artikel Terkait
Kabar Baik dari Vatikan, Kesehatan Paus Fransiskus Membaik, Gagal Ginjal Teratasi
Kondisi Paus Fransiskus Stabil, Tapi Ada yang Masih Dikhawatirkan! Simak Penjelasan Lengkap Vatikan
Puji Tuhan! Paus Fransiskus Pulih dari Pneumonia, Ini Kondisi Terbarunya di Usia 88 Tahun
Paus Fransiskus Doakan Bagi Keluarga Korban Gempa Bumi Myanmar dan Kebakaran Korea Selatan
Breaking News! Paus Fransiskus Wafat Usai Paskah, Pesan Damai untuk Gaza Jadi Sorotan Dunia!