“Kami mengutuk kekerasan yang terjadi pada pertandingan antara tim Labe dan Nzerekore. Kami menyerukan masyarakat untuk tetap tenang dan memberi ruang bagi tenaga medis merawat yang terluka,” tulisnya.
Tragedi ini terjadi di tengah turnamen sepak bola yang digelar untuk menghormati pemimpin junta militer Guinea, Mamadi Doumbouya.
Turnamen tersebut dianggap sebagai bagian dari langkah politik menjelang pemilihan presiden 2025.
Namun, semangat sportivitas berubah menjadi duka mendalam akibat peristiwa brutal ini.
Banyak pihak kini menyerukan evaluasi terhadap penyelenggaraan turnamen serupa demi mencegah tragedi berulang.
Bentrokan ini tidak hanya mencoreng dunia sepak bola Guinea, tetapi juga menyoroti tantangan besar dalam menjaga stabilitas keamanan di negara tersebut.
Masyarakat internasional pun ikut memantau perkembangan kasus ini dengan keprihatinan.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi terkait langkah hukum terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Namun, desakan untuk penyelidikan menyeluruh terus bergema dari berbagai kalangan.
Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya sportivitas, baik di lapangan maupun di luar stadion.
Sepak bola seharusnya menyatukan, bukan menjadi pemicu konflik yang menelan korban jiwa.***
Artikel Terkait
Tel Aviv Membara Dikepung Serangan Roket Hizbullah, 4 Juta Warga Israel Panik dan Pilih Numpet di Bunker
Diancam Bakal Dibunuh oleh Wakil Presidennya Sendiri Sara Duterte, Presiden Marcos Jr Tak Akan Biarkan Politik Kotor Hancurkan Negaranya
Australia Larang Anak Dibawah 16 Tahun Main Medsos, TikTok, Meta, dan Snapchat Protes Keras!
Menlu Iran Abbas Araghchi Tegaskan Dukungan Militer dan Pemerintahan Teheran ke Suriah Tak Tergoyahkan
Rusuh Sepak Bola Guinea, Laga Berujung Tragedi Sekitar 100 Nyawa Melayang Gara-Gara Penalti Kontroversial!