climate-justice

Suara Lintas Iman dari Puja Mandala Bali untuk Selamatkan Bumi

Minggu, 21 September 2025 | 21:12 WIB
Doa bersama lintas iman dan deklarasi komitmen menjaga bumi sebagai amanah Tuhan dan warisan anak-cucu. Deklarasi tersebut dinamai dengan Deklarasi Puja Mandala, yang dideklarasikan pada rangkaian acara Draw the Line di Puja Mandala, Nusa Dua, Bali, Sabtu 20 September 2025

HUKAMANEWS GreenFaith - Suara doa dan seruan moral berpadu di kompleks Puja Mandala, Nusa Dua, Sabtu (20/9/2025). Lima pemimpin agama dari Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, GKPB Bukit Doa, dan Pura Jagatnatha berdiri bersama dalam Dialog Lintas Iman “Draw the Line Bali”. Dari Bali, mereka mengirim pesan kuat: merawat bumi adalah inti ibadah, sekaligus tanggung jawab moral umat beragama.

Dialog ini digelar sebagai bagian dari rangkaian aksi global menghadapi Minggu Iklim dan Sidang Umum PBB di New York, 15–21 September 2025. Mengusung tema “Merawat Bumi sebagai Ibadah”, para tokoh agama mengingatkan bahwa krisis iklim dan bencana yang kini kerap melanda Bali adalah peringatan keras sekaligus panggilan untuk bertindak.

KH. Ibnu Subhan dari Masjid Agung Ibnu Batutah menekankan pentingnya aksi nyata.

“Kalau kita tidak bisa dinasihati oleh ucapan, kita akan dinasihati dengan keadaan. Kita yang ada di sini bisa punya solusi untuk warisan generasi selanjutnya,” ujarnya.

Baca Juga: Laporan Harta ke LHKPN Minus Rp2 Juta, Eks DPRD Gorontalo Wahyudin Moridu Ngaku Mau Rampok Negara, Publik: Serius Nih?

Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang mendorong umat tetap menanam meski kiamat hampir tiba.

“Puja Mandala bukan hanya tentang kerukunan agama, tapi juga kemanusiaan,” tambahnya.

Dari Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Alexander Sani Kelen menegaskan bahwa kuasa manusia atas alam tidak bersifat mutlak.

“Gereja memahami dirinya sebagai bagian dari dunia dan mendorong pertobatan ekologis,” katanya.

Ia menyoroti bahwa krisis ekologis juga merupakan krisis sosial, lahir dari budaya konsumtif dan keyakinan berlebihan pada teknologi.

Pandita Nyoman Setiabudi dari Vihara Buddha Guna mengingatkan ajaran Buddha untuk tidak menyakiti makhluk hidup.

“Semua saling bergantung. Bali sudah memperlihatkan tanda karma kolektif akibat pengelolaan lingkungan yang tak seimbang,” ujarnya.

Ia menekankan perlunya hidup sederhana, penuh cinta kasih, serta menanam karma baik kolektif bagi generasi mendatang.

Baca Juga: Tak Terlihat di Langit Indonesia, Fenomena Langka Gerhana Matahari Sebagian 21 September 2025, Ini Jadwal dan Link Live Streaming Untuk Nonton

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB