Pendeta Wisesa dari GKPB Bukit Doa mengajak umat Kristen mendorong kebijakan pro-lingkungan.
“Bumi adalah milik bersama. Kita perlu mendukung zero waste dan melawan konsumerisme. Dalam iman Kristen, setiap orang adalah bagian tubuh Kristus, artinya semua punya peran menjaga rumah bersama,” jelasnya.
Sementara itu, Jero Ketut Subianta dari Pura Jagatnatha menekankan kesucian laut. “Dalam Hindu, laut adalah sumber sekaligus tempat melebur kekotoran jasmani dan rohani. Nilai kesucian itu harus dijaga melalui ritual maupun perilaku,” paparnya.
Kearifan Lokal dan Pesan Universal
Penanggap dialog, Ida Bagus K. Susena dari Puskor Hindunesia, mengkritisi praktik pembangunan di Bali.
“Hutan dibabat, sawah dikonversi, villa berdiri di tempat yang tak pantas. Padahal Bali seharusnya jadi barometer penyelamatan lingkungan di dunia,” ujarnya.
Ia mengajak kembali pada prinsip Catur Hita Karana, yakni harmoni dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Sisilia Nurmala Dewi, Indonesia Team Leader 350.org, menekankan pesan universal Bali.
“Ke Bali dunia datang berbondong-bondong. Dari Bali pula kita menebarkan pesan damai: berhenti sewenang-wenang terhadap sesama dan alam ciptaan. Di Puja Mandala, perbedaan adalah rahmat, keberagaman adalah kekuatan,” katanya.
Hening Parlan, Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia, menambahkan bahwa suara iman adalah suara alam.
“Iman kepada Tuhan, dari agama apa pun, adalah cerminan kasih Tuhan pada ciptaan-Nya. Karena itu iman mengambil jalan kebaikan: berbuat baik dan mencegah kerusakan,” tegasnya.
Baca Juga: “Mental Stunting” Pejabat
Deklarasi Puja Mandala
Acara ditutup dengan doa bersama lintas iman dan pembacaan Deklarasi Puja Mandala. Deklarasi ini menegaskan bumi sebagai anugerah sekaligus amanah Tuhan yang wajib dijaga. Merawat lingkungan berarti memuliakan Sang Pencipta dan melindungi sesama manusia.
Deklarasi juga mengajak umat beriman mengubah niat, laku, dan doa menjadi aksi nyata ramah lingkungan, mendesak pemimpin agar menjadikan keadilan dan keberlanjutan sebagai dasar kebijakan, serta menyerukan solidaritas global lintas agama demi menyelamatkan warisan kehidupan bagi generasi mendatang.
Dari Bali, para pemimpin agama mengingatkan kita bahwa menjaga bumi adalah perintah luhur iman, sementara merusaknya adalah pelanggaran moral yang tak bisa ditunda penanganannya.***
Artikel Terkait
The Potential of Green Zakat in the Faiths for Earth Movement
Iman, Ekologi, dan Keadilan Energi: Jalan Islam untuk Bumi Berkelanjutan
GreenFaith Indonesia dan GPIB Teken MoU Gerakan Gereja Ramah Lingkungan
Draw the Line: Seruan Lintas Iman untuk Transisi Energi Berkeadilan Menuju COP30