HUKAMANEWS 1000 Cahaya - Provinsi Banten masih menghadapi tantangan berat di bidang lingkungan. Persoalan pengelolaan sampah yang belum terintegrasi, alih fungsi lahan produktif dan ekologis untuk industri maupun properti, hingga ancaman banjir dan kekeringan, menjadi pekerjaan rumah yang mendesak. Di tengah kondisi itu, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Banten menegaskan komitmennya untuk hadir sebagai bagian dari solusi.
Komitmen tersebut dipertegas dalam kegiatan Pelatihan Kader Lingkungan Muhammadiyah yang digelar 12–14 September 2025 di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama MLH Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten, serta melibatkan berbagai unsur organisasi otonom Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Menurut panitia, pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas kader dalam menginisiasi dan mengelola gerakan ekologis di tingkat akar rumput. Materi yang diberikan tidak hanya bersifat konseptual, tetapi juga praktis, seperti pengelolaan sampah berbasis masyarakat, perwujudan sekolah hijau, kampanye penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane, hingga pengembangan desa ekologis.
Baca Juga: Dari Demonstrasi ke Meja Legislasi: RUU Perampasan Aset dan Ujian Moral Elite
“Bagi Muhammadiyah, menjaga lingkungan adalah bagian dari amanah keagamaan. Menyelamatkan bumi berarti menyelamatkan kehidupan manusia,” ujar Ketua MLH PWM Banten, dalam pembukaan acara.
Pelatihan ini diikuti kader dari berbagai latar, mulai dari Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah, hingga kader muda Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Pemuda Muhammadiyah.
Metode yang digunakan juga bervariasi, mulai dari sesi kelas hingga praktik lapangan. Pada sesi luar ruangan, peserta diajak menanam pohon di atas tanah wakaf Muhammadiyah sebagai simbol nyata kepedulian ekologis.
Farid, peserta dari gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah, menilai pelatihan ini sebagai terobosan penting.
“Pelatihan kader lingkungan Muhammadiyah dengan melibatkan berbagai elemen merupakan pendekatan yang sangat bagus. Ekosistem itu esensinya beragam, keseimbangan, dan kesinambungan yang harus kita jaga bersama,” ungkapnya.
Baca Juga: GreenFaith Indonesia dan GPIB Teken MoU Gerakan Gereja Ramah Lingkungan
Bagi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, upaya ini bukan sekadar agenda internal, melainkan gerakan kolektif untuk membangun kesadaran masyarakat. Penanaman nilai ekologis di sekolah, penguatan desa sebagai benteng ekosistem, hingga advokasi penyelamatan sungai, dipandang sebagai langkah strategis untuk menghadapi krisis lingkungan yang semakin kompleks.
“Lingkungan hidup bukan sekadar isu teknis, tapi menyangkut keadilan sosial. Warga kecil selalu menjadi korban pertama dari krisis ekologis. Karena itu, gerakan ini harus menyentuh aspek moral, spiritual, dan sosial,” ujar salah satu pengurus LLHPB PWA Banten.
Dengan langkah tersebut, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Banten berharap dapat menjadi motor gerakan ekologis yang konsisten, berkelanjutan, dan berbasis nilai keagamaan. Lebih jauh, mereka ingin menegaskan bahwa menjaga bumi bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral dan spiritual.
“Menjaga bumi adalah menjaga masa depan anak-anak kita. Itu yang harus kita wariskan,” tegas seorang kader muda Muhammadiyah di akhir pelatihan.