climate-justice

CEMERLANG, Iktiar PRM Slerok Tegal Mengubah Sampah Jadi Berkah

Kamis, 4 September 2025 | 06:00 WIB
Ilustrasi. Program CEMERLANG merupakan ikhtiar PRM Slerok Tegal mengubah sampah menjadi berkah .engan Inovasi dan Edukasi

HUKAMANEWS 1000 Cahaya - Permasalahan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, pada 2023, volume sampah nasional mencapai 31,9 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 35,67 persen tidak terkelola dengan baik. Sampah yang menumpuk, dibakar sembarangan, atau dibuang ke sungai bukan saja merusak lingkungan, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat.

Namun, di tengah situasi muram itu, hadir kisah berbeda dari sebuah kampung di Kota Tegal, Jawa Tengah. Di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) setempat justru menghadirkan jalan terang. Mereka menyebutnya CEMERLANG, singkatan dari Cerdas Memilah Sampah dari Sekarang.

Program yang lahir pada 2020 itu bukan sekadar upaya teknis mengurangi sampah, melainkan juga gerakan edukasi dan perubahan pola pikir. “Kami ingin masyarakat melihat sampah bukan sebagai masalah, tetapi sebagai peluang. Sampah bisa diolah menjadi berkah,” ujar Santoso, penggagas program yang juga pegiat lingkungan.

Dari Keprihatinan Lahir Inovasi

CEMERLANG lahir dari keprihatinan. Warga Slerok terbiasa membakar sampah di halaman rumah, sementara fasilitas pengelolaan limbah hampir tidak ada. Santoso yang sejak lama resah dengan kondisi itu, mulai menggerakkan jamaah masjid dan warga sekitar untuk memilah sampah organik dan anorganik. Edukasi menjadi kunci.

Melalui pendekatan yang humanis, warga perlahan memahami bahwa sampah yang terpilah bisa memiliki nilai tambah. Limbah organik bisa jadi pupuk, sementara plastik dan kertas bisa ditukar dengan kebutuhan rumah tangga. Dari sinilah kepercayaan tumbuh: sampah bukan lagi sesuatu yang menjijikkan, melainkan sumber daya.

Tujuh Terobosan Menginspirasi

Seiring berjalannya waktu, PRM Slerok tidak hanya berhenti pada program pemilahan sampah. Mereka mengembangkan tujuh inovasi lain yang saling melengkapi.

Pertama, Tukar Sampah dengan Minyak. Warga yang membawa sampah anorganik bisa menukarnya dengan minyak goreng atau sembako. Program ini efektif mendorong keluarga untuk disiplin memilah sampah sejak dari dapur.

Kedua, Jelantah Jadi Berkah. Minyak jelantah yang biasanya dibuang, dikumpulkan lalu diolah menjadi biodiesel. Hasilnya tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mencegah pencemaran saluran air.

Ketiga, Menjaga Bumi dengan Takakura. Metode sederhana ini mengubah sampah organik rumah tangga menjadi kompos berkualitas. Banyak warga yang kini memanfaatkannya untuk kebun sayur di pekarangan.

Keempat, Retro Art, program kreatif yang mengubah limbah plastik menjadi tas, dompet, atau hiasan dinding bernilai ekonomi.

Kelima, Vertical Garden, yaitu ajakan memanfaatkan lahan sempit dengan menanam sayuran secara vertikal. Hasil panen membantu ketahanan pangan rumah tangga sekaligus memperindah lingkungan.

Keenam, Zero Lifestyle, yaitu penerapan gaya hidup 3R (reduce, reuse, recycle) di setiap keluarga.

Ketujuh, Komunitas Eco Enzim, yang mengolah sampah organik cair, seperti kulit buah, menjadi cairan serbaguna pembersih rumah tangga yang ramah lingkungan.

Program-program tersebut berjalan beriringan, membentuk ekosistem baru di Slerok: sampah dipilah, diolah, bernilai ekonomi, dan kembali bermanfaat untuk masyarakat.

Edukasi, Napas Gerakan

Kekuatan utama PRM Slerok bukan pada alat atau teknologi canggih, melainkan pada konsistensi edukasi. Setiap bulan, mereka mengadakan pelatihan daur ulang dan pemanfaatan sampah. Setiap minggu kedua, warga datang ke Bank Sampah untuk menimbang hasil pilahan mereka.

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB