Totalnya mencapai 2,243 GW, angka yang sangat cukup untuk menopang kebutuhan listrik di pulau ini.
Sayangnya, sebagian besar sumber ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Pariwisata Butuh Energi yang Konsisten dan Ramah Lingkungan
Tak bisa dimungkiri, Bali adalah wajah Indonesia di mata dunia.
Pulau ini bukan hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan tanggung jawab besar untuk menjaga kepercayaan wisatawan global.
Maka ketika listrik padam secara total, kepercayaan itu ikut terguncang.
“Bali ini, mau tidak mau, suka tidak suka, harus punya energi mandiri. Kita adalah daerah tujuan wisata dunia, jadi harus bersiap. Pemerintah Provinsi Bali sudah memplanning-kan energi terbarukan, dan kita harap realisasinya bisa dipercepat,” ujar I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, Wakil Ketua PHRI Bali.
Baca Juga: Zakat untuk Energi Bersih: Ketika Dana Umat Bicara tentang Masa Depan Bumi
Pernyataan itu menggambarkan urgensi percepatan transisi energi.
Bukan hanya untuk keamanan pasokan, tetapi juga demi reputasi Bali di mata internasional.
Saatnya Mengubah Strategi Energi Bali
Kejadian blackout ini harus dibaca sebagai koreksi besar terhadap arah kebijakan energi nasional.
Ketergantungan pada sistem interkoneksi Jawa-Bali yang terpusat menyimpan risiko besar jika terjadi gangguan.
Sebaliknya, pengembangan energi lokal seperti tenaga surya dan angin memberikan solusi yang lebih stabil dan terdistribusi.
Keuntungan lain dari energi terbarukan adalah keberlanjutan dan dampaknya yang minim terhadap lingkungan.