HUKAMANEWS GreenFaith - Perubahan iklim ekstrem yang melanda dunia menjadi alarm keras bagi seluruh umat manusia untuk bertindak. Jika diabaikan, dampaknya tidak hanya meliputi kenaikan suhu global, tetapi juga memicu bencana alam, kelangkaan sumber daya, hingga potensi kehancuran ekosistem yang menopang kehidupan.
Salah satu langkah konkret untuk menanggulangi krisis ini adalah dengan menanam mangrove, sebuah solusi alami yang menyimpan potensi besar untuk menyelamatkan bumi.
Hutan mangrove, yang tumbuh subur di kawasan tropis dan subtropis, memiliki kemampuan menyerap karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis daratan.
Baca Juga: Ketidakdewasaan Elite Politik Indonesia yang Mengakar
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, mangrove mampu menangkap karbon dari atmosfer dan menguncinya di dalam tanah selama ratusan tahun. Dengan peran ini, mangrove menjadi salah satu carbon sink paling efektif dalam mitigasi perubahan iklim.
Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai benteng alam yang melindungi pesisir dari abrasi, menjadi habitat penting bagi berbagai spesies laut, serta membantu meningkatkan kejernihan air dengan menyaring polutan.
Lebih dari itu, mangrove juga memberikan manfaat ekonomi, seperti menjadi sumber kayu bakar, lokasi wisata, hingga mendukung sektor perikanan.
Indonesia, Rumah Mangrove Dunia
Indonesia adalah rumah bagi 23% hutan mangrove dunia, dengan luas sekitar 3,36 juta hektare. Namun, ironisnya, hampir 70% dari ekosistem mangrove di Tanah Air telah rusak akibat aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan, pembangunan pesisir, dan eksploitasi berlebihan. Dalam tiga dekade terakhir, sekitar 40% hutan mangrove di Indonesia hilang.
Menanggapi krisis ini, pemerintah mencanangkan rehabilitasi 600.000 hektare lahan mangrove hingga 2024. Hingga 2022, sekitar 140.000 hektare telah direhabilitasi. Namun, angka ini masih jauh dari cukup, mengingat Indonesia kehilangan 52.000 hektare mangrove setiap tahun—setara dengan luas Kota New York.
Pada saat bersamaan, Global Mangrove Alliance melaporkan bahwa lebih dari 60% hutan mangrove dunia telah hilang dalam 20 tahun terakhir, dengan tingkat kehilangan 1% per tahun. Jika laju ini terus berlanjut, hutan mangrove akan lenyap 3-5 kali lebih cepat dibandingkan hutan global lainnya.
Baca Juga: Ambles Sedalam 3 Meter, 7 Perjalanan KA Jalur Semarang Dibatalkan
Fenomena ini menegaskan pentingnya tindakan kolektif, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat global, untuk melestarikan hutan mangrove. Menanam mangrove bukan sekadar langkah kecil, tetapi sebuah ikhtiar besar untuk menabung oksigen, memperbaiki kualitas lingkungan, dan menjaga keberlangsungan hidup generasi mendatang.