“Menjaga pesan tetap optimistis membantu masyarakat tetap termotivasi meskipun menghadapi tantangan besar,” ungkapnya. Narasi ini dikuatkan dengan melibatkan budaya lokal melalui penceritaan, ritual, dan pertemuan masyarakat, sehingga pesan-pesan lingkungan menjadi lebih relevan dan mudah diterima.
Hening menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas agama untuk mengatasi dampak serius perubahan iklim. “Tugas kita adalah menjaga kepentingan publik tetap terfokus pada aksi iklim, meskipun tekanan ekonomi sering kali menjadi saingan,” katanya.
Dengan mendasarkan pesan pada nilai-nilai agama dan moral, organisasi seperti Muhammadiyah dan GreenFaith mampu menciptakan keterlibatan yang mendalam.
Hening percaya, setiap tindakan, sekecil apa pun, memiliki dampak besar dalam perjuangan panjang melawan perubahan iklim.
Pertemuan COP29 menjadi bukti bahwa suara umat, terutama yang berakar pada keyakinan, dapat memainkan peran transformatif. Ketika agama, budaya, dan keberlanjutan menyatu, solusi terhadap krisis iklim tidak lagi terasa mustahil.
"Kolaborasi adalah kunci, dan keyakinan adalah pondasi untuk menjaga aksi tetap berkelanjutan," pungkas Hening.***