HUKAMANEWS Greenfaith - Pada Senin, 30 September 2024, Inggris mencatat sejarah baru dengan resmi mengakhiri operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terakhirnya di Ratcliffe-on-Soar.
Ini bukan sekadar penutupan biasa, tetapi sebuah langkah monumental yang menandai akhir dari era pembakaran batu bara untuk energi listrik yang telah berlangsung selama 142 tahun.
Siapa sangka, perjalanan panjang ini dimulai dari sebuah inovasi yang cemerlang dari Thomas Alva Edison!
Baca Juga: Pesawat Smart Air Tergelincir di Papua: Bantuan Beras Mendarat, Pilot Tersenyum!
Mari kita sedikit flashback ke tahun 1882, ketika PLTU pertama di dunia, Holborn Viaduct, di bangun di London oleh sang jenius, Thomas Alva Edison.
Pembangkit ini menjadi jantung yang memompa energi ke berbagai sudut ibu kota Inggris, menciptakan cahaya yang mengubah malam menjadi siang.
Namun, siapa yang bisa membayangkan, bahwa setiap kilowatt yang dihasilkan juga menyimpan konsekuensi lingkungan yang besar?
Baca Juga: Pesawat Smart Air Tergelincir di Papua: Bantuan Beras Mendarat, Pilot Tersenyum!
Batu bara, yang dulunya dianggap sebagai “emas hitam,” kini terbukti menjadi salah satu penyumbang terbesar pemanasan global.
Keputusan Inggris untuk menutup PLTU-nya adalah langkah berani dan penting dalam menyikapi masalah ini.
Dalam beberapa dekade terakhir, pemanasan global telah menjadi perhatian serius, dan Inggris berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang berpotensi merusak lingkungan.
Dulu, pada tahun 1990, PLTU batu bara menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan listrik di Inggris.
Namun, seiring dengan berkembangnya kesadaran akan perubahan iklim, persentase itu perlahan-lahan menurun.
Pada tahun 2012, kontribusi PLTU batu bara hanya tinggal 39 persen, dan angka itu terus melorot hingga mencapai titik terendah, yaitu hanya 1 persen pada tahun 2023.