HUKAMANEWS GreenFaith - Polusi udara adalah salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak saat ini.
Tak hanya mengancam kesehatan fisik, polusi udara juga berdampak buruk pada kesehatan mental kita.
Budi Haryanto, Kepala Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI), menyatakan bahwa paparan polusi yang mengandung senyawa berbahaya seperti merkuri, timbel, dan kadmium dapat memicu gangguan kecemasan, demensia, dan depresi.
Pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan salah satu penyumbang utama polusi udara.
Proses ini menghasilkan emisi gas berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus yang dikenal sebagai Particulate Matter (PM).
Emisi-emisi ini berkontribusi besar terhadap pencemaran udara yang kita hirup setiap hari.
Tidak hanya berpengaruh di luar ruangan, polusi udara juga bisa masuk ke dalam rumah dan kantor melalui pakaian dan aktivitas sehari-hari.
Pencemar ini dapat menyebabkan sick building syndrome di gedung perkantoran, yang mengurangi kualitas udara dan kesehatan kita secara keseluruhan.
Sick building syndrome adalah kondisi di mana penghuni gedung mengalami gejala-gejala kesehatan yang berkaitan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut.
Baca Juga: Balai Teknik Perkeretaapian Tutup JPL 95 di Perlintasan Cisauk, Kenapa Ya
Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Mental
Penelitian menunjukkan bahwa polusi udara berkaitan dengan penurunan kebahagiaan dan peningkatan risiko depresi.
Jurnal ilmiah mencatat bahwa paparan jangka panjang terhadap Particulate Matter (PM) 2,5, yang merupakan partikel halus dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer, dapat memperburuk kondisi mental kita.