Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa:
- Investasi pada energi fosil masih jauh lebih besar dibanding energi terbarukan.
- Kebijakan penghentian PLTU masih bertahap dan sering kali tumpang tindih dengan strategi pembangunan nasional.
- Banyak daerah terpencil belum mendapatkan akses energi bersih yang stabil dan terjangkau.
Situasi ini memperkuat alasan mengapa Indonesia menjadi sorotan selama COP berlangsung.
Penghargaan “Fossil of the Day Indonesia” seharusnya tidak dilihat sebagai bentuk penghinaan, tetapi sebagai alarm keras agar pemerintah memperbaiki arah kebijakan iklimnya.
Baca Juga: Inovatif! Program SMILE Eco Bhinneka Bantu Warga Solo Selatan Naik Kelas Lewat Kemasan Daur Ulang
Dengan ancaman krisis iklim yang makin nyata dan tuntutan generasi muda yang semakin kuat, sudah saatnya pemerintah bersikap lebih tegas dalam transisi energi Indonesia.
COP iklim Indonesia seharusnya menjadi momentum memperkuat komitmen iklim Indonesia, bukan justru memperlihatkan keberpihakan pada industri yang menghambat masa depan bumi.
Untuk masyarakat, khususnya generasi muda, suara kalian semakin penting.
Terus suarakan aspirasi, dorong perubahan, dan ikut mengawal kebijakan agar lebih berpihak pada masa depan yang aman dan berkelanjutan.
Krisis iklim tidak menunggu dan perubahan harus dimulai hari ini.***
Artikel Terkait
Tanam Pohon dan Efisiensi Energi Warnai Aisyiyah Cadre Camp Jawa Tengah
1000 Cahaya Muhammadiyah Latih Guru Sekolah dan Pesantren Jadi Pionir Transisi Energi Indonesia
Prof. Prabang Ajak Kader Muhammadiyah Rawat Bumi dengan Iman dan Tindakan
UAD dan 1000 Cahaya Muhammadiyah Menyalakan Transisi Energi dari Kampus ke Kehidupan
Dunia Panas Ekstrem, COP30 Diharapkan Jinakkan Emisi, tapi Pasar Karbon Indonesia Malah Bikin Khawatir?