HUKAMANEWS GreenFaith – Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) menggelar Halal Bi Halal di Omah Sonokeling, Desa Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Minggu (21/4/2024). Dalam acara yang bertepatan dengan peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi itu, para petani menyerukan kembali pentingnya perlindungan Pegunungan Kendeng dari ancaman pertambangan.
Kegiatan yang diikuti ratusan warga ini diisi dengan doa bersama, mujahadah lingkungan, hingga ritual lamporan, tradisi masyarakat setempat untuk memohon keselamatan lingkungan dari segala bentuk kerusakan. Penampilan kelompok musik seperti Usman N The Blackstone, Sukatani, dan Gamelan Wiji Kendeng turut memeriahkan acara.
"Syawal adalah momentum untuk kembali ke fitrah, tidak hanya antar manusia, tetapi juga dengan alam. Kami ingin mengingatkan, Kendeng telah memberi kehidupan kepada kita. Sudah seharusnya kita juga menjaga Kendeng," kata Gunretno, tokoh JM-PPK, dalam sambutannya.
Kendeng Terus Terancam
Pegunungan Kendeng, yang membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, merupakan kawasan kars yang memiliki fungsi vital sebagai penyimpan air. Namun, kawasan ini terus mengalami tekanan akibat aktivitas pertambangan, khususnya tambang batu kapur.
Hingga saat ini, berdasarkan data JM-PPK, terdapat 91 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di kawasan Kendeng. Kondisi ini dinilai telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana ekologis, seperti banjir dan kekeringan yang melanda berbagai daerah sekitar pegunungan.
“Banjir tidak lagi terjadi musiman. Bahkan sampai April ini, banyak sawah petani belum bisa ditanami karena masih tergenang air,” kata Gunarti, seorang petani dari Sukolilo.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Pegunungan Kendeng. Kajian tersebut merekomendasikan perlindungan kawasan Kendeng sebagai kawasan resapan air dan pangan. Namun, rekomendasi itu dinilai belum sepenuhnya dijalankan di lapangan.
Seruan dari Petani Perempuan
Momentum peringatan Hari Kartini juga dimanfaatkan para petani perempuan Kendeng untuk menyerukan peran perempuan dalam menjaga lingkungan. Menurut mereka, perempuan adalah pihak yang paling terdampak dari kerusakan alam, terutama dalam urusan pangan, air bersih, dan kesehatan keluarga.
"Perempuan bukan hanya pelengkap perjuangan. Perempuan adalah pelaku utama dalam menjaga bumi," ujar Sukinah, salah satu tokoh ibu tani Kendeng.
Melalui Halal Bi Halal ini, JM-PPK berharap semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat luas, kembali memberikan perhatian serius pada penyelamatan Pegunungan Kendeng.
"Kami tidak melawan pembangunan. Yang kami lawan adalah pembangunan yang merusak sumber kehidupan," ujar Gunretno.***
Artikel Terkait
Hari Bumi 2025 Bukan Sekedar Seremoni, Suhu Naik, Hutan Hilang, Laut Meninggi Dampak Nyata Krisis Iklim, Saatnya Bertindak Nyata Jaga Lingkungan
Hari Bumi Sedunia 2025, Momentum Aksi Nyata di Tengah Krisis Lingkungan Global
Kereta Api Indonesia Prioritaskan Kelestarian Lingkungan
Menepi dari Asap, Menjemput Energi Bersih
Zakat untuk Energi Bersih: Ketika Dana Umat Bicara tentang Masa Depan Bumi