bisnis

QRIS, Inklusi Keuangan untuk UMKM di Tengah Ancaman Keamanan Digital

Minggu, 7 September 2025 | 19:00 WIB
Ilustrasi - Sebagai salah satu produk keuangan digital, QRIS memiliki beberapa keunggulan dan risiko.

HUKAMANEWS - Perkembangan teknologi finansial di Indonesia melaju cepat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu terobosan penting yang lahir dari transformasi digital ini adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sistem pembayaran digital yang memungkinkan masyarakat bertransaksi cukup dengan memindai kode QR di layar ponsel.

Sejak diperkenalkan oleh Bank Indonesia pada 2019, QRIS terus mengalami pertumbuhan pesat. Data Bank Indonesia mencatat, per Juli 2025, jumlah merchant yang menggunakan QRIS telah melampaui 30 juta, mayoritas berasal dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kehadiran QRIS tidak hanya memudahkan konsumen, tetapi juga membuka jalan bagi inklusi keuangan yang lebih merata.

Dalam kehidupan sehari-hari, QRIS menawarkan kemudahan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari membeli kopi di warung kecil hingga berbelanja di pusat perbelanjaan besar, semua bisa dilakukan tanpa uang tunai. Cukup membuka aplikasi dompet digital atau mobile banking, memilih menu pembayaran QRIS, lalu memindai kode yang tersedia. Dalam hitungan detik, transaksi pun selesai.

Baca Juga: Sabun vs Hand Sanitizer, Mana yang Lebih Ampuh Melawan Kuman?

Popularitasnya juga didukung oleh integrasi dengan berbagai platform pembayaran digital seperti OVO, Dana, GoPay, ShopeePay, hingga aplikasi perbankan nasional. Konsumen tidak perlu lagi kebingungan memiliki banyak aplikasi, karena QRIS memungkinkan pembayaran lintas platform secara universal.

“QRIS mempermudah kami sebagai pelaku usaha kecil. Tidak perlu lagi menolak pembeli hanya karena tidak membawa uang tunai,” ujar Ratna, pemilik kedai makanan di kawasan Depok. Baginya, QRIS bukan sekadar alat pembayaran, tetapi juga strategi agar usahanya tetap kompetitif.

Selain mempermudah konsumen, QRIS juga membawa dampak besar bagi UMKM. Dengan biaya transaksi yang relatif rendah, para pelaku usaha kecil kini bisa menerima pembayaran digital resmi tanpa harus membuka rekening di banyak bank atau bergabung dengan berbagai aplikasi.

Baca Juga: Main Domino Bareng Azis Wellang, Menteri Karding Ikuti Jejak Raja Juli Lakukan Klarifikasi

Bank Indonesia menyebut, lebih dari 85 persen pengguna QRIS saat ini adalah UMKM. Artinya, sistem ini berperan sebagai jembatan antara usaha kecil dengan ekosistem keuangan modern. Pada gilirannya, hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan memperluas akses layanan keuangan formal bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh.

“QRIS bukan hanya soal teknologi, tetapi juga keadilan akses. Melalui QRIS, UMKM dapat bersaing dan beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin digital,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono, dalam sebuah diskusi publik.

Namun, kehadiran QRIS tidak lepas dari risiko. Masalah literasi digital masih menjadi tantangan serius. Tidak semua masyarakat, khususnya di daerah pelosok, memahami cara menggunakan pembayaran digital dengan aman. Potensi penyalahgunaan data dan ancaman kejahatan siber juga menjadi perhatian.

Baca Juga: Nadiem Diduga Bisa Jadi Justice Collaborator, Berani Bongkar Peran Jokowi?

Selain itu, pemerataan infrastruktur internet masih jauh dari ideal. Di sejumlah daerah, keterbatasan jaringan membuat penerapan QRIS belum sepenuhnya efektif. Tanpa dukungan infrastruktur, visi Indonesia menuju cashless society bisa terhambat.

Halaman:

Tags

Terkini