HUKAMANEWS - Indonesia kembali menunjukkan ketangkasannya dalam kancah diplomasi perdagangan global.
Usai Amerika Serikat mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada awal April 2025, Indonesia langsung tancap gas menjadi salah satu negara pertama yang menyambut ajakan negosiasi.
Langkah cepat ini rupanya bukan sekadar respons biasa, tapi strategi yang memberi nilai tambah dalam proses perundingan.
Pemerintah Indonesia, lewat koordinasi lintas kementerian, tidak hanya aktif mengajukan proposal, tetapi juga berhasil menarik perhatian pemerintah AS dengan pendekatan yang dinilai progresif dan visioner.
Dengan memanfaatkan momentum secara tepat, Indonesia kini berada di posisi strategis yang berpotensi mendatangkan keuntungan besar di tengah dinamika ekonomi global.
Lalu, apa saja yang sebenarnya sedang dinegosiasikan, dan mengapa Indonesia bisa melangkah lebih cepat dibanding negara lain?
Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 25 April 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk dalam 20 negara pertama yang langsung melakukan komunikasi awal dengan Amerika Serikat setelah kebijakan tarif diumumkan.
Hal ini membuat Indonesia dianggap sebagai "first mover" oleh pihak AS, sebuah posisi yang membawa keuntungan tersendiri dalam proses negosiasi.
Baca Juga: Ngeri Nih! NVIDIA Bongkar Rencana Besar Produksi Chip AI di AS, Ini Alasan Sebenarnya.
Sri Mulyani menyebut, proposal negosiasi tarif yang disodorkan Indonesia mendapat pengakuan langsung dari AS sebagai salah satu yang paling komprehensif dan jauh ke depan.
Keberanian membuka dialog sejak awal disambut positif oleh AS, termasuk dorongan Indonesia terhadap reformasi struktural di dalam negeri yang menjadi poin plus di mata mitra internasional.
Menurutnya, umpan balik positif dari AS akan dijadikan bekal untuk memperkuat pembahasan teknis yang kini memasuki fase krusial.
Lebih jauh, saat bertemu dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam forum IMF Spring Meeting 2025 di Washington, DC, Sri Mulyani menyampaikan pentingnya memperhatikan arah kebijakan ekonomi global yang digerakkan AS melalui lembaga multilateral seperti IMF dan Bank Dunia.
Baca Juga: Modal Asing di Indonesia, Mulai Say Goodbye, Pilih Cara Aman