Yang paling mencolok adalah penurunan tajam pada EIDO ETF, yaitu indeks ETF yang merefleksikan pasar Indonesia, yang anjlok sebesar 7,73 persen.
Hal ini memicu ketakutan bahwa IHSG akan ikut terseret ke jurang yang sama saat bursa kembali dibuka.
Dan ternyata, kekhawatiran itu jadi kenyataan.
Pada sesi pembukaan perdagangan hari ini, IHSG langsung turun drastis hingga menyentuh level yang mengancam terjadinya trading halt, atau penghentian sementara perdagangan.
Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran yang belum mereda dari pelaku pasar terhadap sentimen global yang masih gelap.
Baca Juga: Perang Tarif Baru Akan Dimulai, Tekstil Dalam Negeri Sudah Terjadi Penurunan Pesanan
Buat kamu yang bukan investor saham, mungkin bertanya-tanya: kenapa kejatuhan IHSG ini perlu dikhawatirkan?
Jawabannya sederhana, karena efek domino dari pasar saham bisa menjalar ke berbagai sektor ekonomi.
Nilai tukar rupiah bisa ikut terganggu, harga barang impor bisa naik, dan sentimen negatif bisa membuat pelaku usaha menahan ekspansi.
Lebih jauh, penurunan IHSG bisa berdampak langsung ke produk investasi yang banyak dimiliki masyarakat, seperti reksa dana.
Nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana saham kemungkinan besar ikut terkoreksi, membuat hasil investasi dana pensiun atau tabungan jangka panjang menyusut.
Baca Juga: Tarif Listrik Dominasi Kenaikan Inflasi Bulan Maret 2025 Secara Nasional
Kondisi ini juga bisa memengaruhi kebijakan moneter Bank Indonesia.
Jika gejolak pasar makin tak terkendali, BI bisa terpaksa melakukan intervensi guna menjaga stabilitas rupiah.
Ini tentu punya konsekuensi terhadap suku bunga acuan, yang pada akhirnya bisa berimbas ke bunga kredit dan cicilan yang kamu bayarkan setiap bulan.