analisis

Reshuffle Babak Tiga: Prabowo dan Kabinet yang (Tak Kunjung) Berbenah

Senin, 22 September 2025 | 14:35 WIB
Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Apa yang sesungguhnya dibutuhkan publik bukanlah pertunjukan reshuffle tiga babak, melainkan ketegasan etika dan keberanian menolak kompromi pragmatis. Publik menunggu kabinet yang ramping, efektif, berintegritas, dan sanggup mengembalikan kepercayaan rakyat. Sayangnya, yang tampak sejauh ini justru sebaliknya: reshuffle demi reshuffle, tapi wajah kabinet tetap sama.

Pada akhirnya, demokrasi tidak hanya menuntut prosedur, tetapi juga fondasi moral. Perombakan kabinet tanpa pijakan etika hanyalah menghadirkan bayangan perubahan, bukan perbaikan yang nyata. Jika Presiden Prabowo ingin warisan pemerintahannya dikenang lebih dari sekadar gimmick politik, ia harus berani melangkah lebih jauh: menyingkirkan mereka yang gagal, memangkas kabinet yang tambun, dan membangun tata kelola berbasis keteladanan. Tanpa itu semua, reshuffle akan selalu berakhir sebagai pertunjukan kosong, sekadar tepuk tangan yang cepat hilang dari ingatan.***

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB