analisis

Megawati dan Pembangkangan Politik

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:44 WIB
Ilustrasi. Instruksi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri yang melarang kadernya mengikuti retret kemepimpinan di Magelang dianggap sebagai pembangkangan politik.

Keputusan Megawati yang melarang kepala daerah dari partainya untuk menghadiri acara di Magelang bisa dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang sah. Jika dibiarkan, tindakan semacam ini dapat menjadi preseden buruk, di mana partai politik merasa berhak menentang kebijakan negara hanya demi kepentingan segelintir elit. 

Prabowo tidak boleh ragu dalam mengambil sikap tegas. Ketidakhadiran kepala daerah di acara resmi yang berhubungan dengan agenda nasional bukan sekadar urusan partai, tetapi juga menyangkut disiplin birokrasi dan loyalitas terhadap negara. Jika tindakan seperti ini dianggap remeh, maka wibawa pemerintahan akan tergerus sejak awal, dan akan sulit bagi Prabowo untuk menegakkan ketertiban politik dalam periode kepemimpinannya. 

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah memastikan bahwa kepala daerah memahami tugas dan kewajiban mereka sebagai pejabat publik, bukan sekadar kader partai. Kementerian Dalam Negeri harus berperan aktif dalam menegaskan bahwa kepala daerah yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan arahan nasional bisa dikenai sanksi administratif. Ini bukan hanya soal disiplin, tetapi juga soal menjaga kewibawaan negara agar tidak menjadi ajang tarik ulur kepentingan partai politik tertentu.

 Baca Juga: Kita dan Konglomerat Sederajat

Apa yang Prabowo lakukan dalam situasi ini akan menjadi cermin kepemimpinannya ke depan. Apakah ia akan tampil sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa, atau malah terlihat ragu dan membiarkan pembangkangan ini menjadi preseden buruk?

Kepemimpinan yang kuat bukan diukur dari retorika, tetapi dari keberanian mengambil sikap demi menjaga stabilitas negara. Prabowo harus membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar presiden terpilih, tetapi pemimpin yang benar-benar mampu mengendalikan jalannya pemerintahan tanpa tunduk pada tekanan politik.

Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Mengutip kalimat bijak Confucius: Jika sebuah negara dikelola dengan baik, keadilan akan menghadirkan manfaat nyata. Jika kehidupan rakyat dimakmurkan, nilai-nilai moral akan dijunjung tinggi. Sebab, segala bentuk paksaan harus berlandaskan keadilan. Namun, jika dunia dipenuhi orang-orang yang tidak tahu malu, generasi Indonesia bisa menderita hingga lima ratus tahun ke depan.

Saatnya PDIP Mereformasi Diri 

Situasi ini seharusnya menjadi momentum bagi PDIP untuk melakukan refleksi dan reformasi internal. Partai yang mengklaim diri sebagai partai demokrasi seharusnya lebih menghargai proses hukum dan mengedepankan kepentingan rakyat. Ketua Umum partai yang menjabat terlalu lama, seperti Megawati, bisa menciptakan budaya politik yang otoriter dan tidak demokratis. PDIP perlu membuka ruang bagi kader-kadernya untuk berpikir kritis dan independen, tanpa selalu di bawah bayang-bayang instruksi partai. 

Selain itu, PDIP harus belajar memisahkan antara kepentingan partai dan kepentingan negara. Kepala daerah yang berasal dari PDIP seharusnya diberi kebebasan untuk menjalankan tugas mereka tanpa tekanan politik yang berlebihan. Loyalitas utama mereka haruslah kepada rakyat yang memilih mereka, bukan kepada partai. 

Sudah saatnya semua pihak, termasuk PDIP, menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan partai. Jika tidak, maka yang terjadi hanyalah perpecahan dan instabilitas yang akan merugikan bangsa ini dalam jangka panjang. Mari kita selesaikan benang kusut ini dengan hati yang jernih dan niat yang tulus untuk membangun Indonesia yang lebih baik. *** 

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB