Mereka sangat bergantung pada platina yang mahal atau kromium oksida yang sangat toksik.
Akibatnya, proses ini tidak hanya memerlukan biaya besar, tetapi juga merusak lingkungan.
Tim peneliti dari Universitas Tianjin mengajukan hipotesis ilmiah yang memanfaatkan oksida murah dan ramah lingkungan untuk berinteraksi secara elektronik dengan logam, sehingga meningkatkan proses katalitik.
Berdasarkan hipotesis ini, mereka mengembangkan katalis komposit titanium oksida-nikel.
Para ilmuwan berhasil menyempurnakan transfer elektronik antara titanium oksida dan nikel, yang pada gilirannya meningkatkan aktivitas katalitik sambil menekan reaksi samping seperti retakan dan pengendapan karbon.
Inovasi ini memberikan pengetahuan baru tentang katalis propilena generasi berikutnya yang efisien, hemat biaya, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Erick Thohir Resmi Angkat Fauzi Baadilla Jadi Komisaris Independen PT Pos Indonesia
Para peneliti berharap bahwa dengan adanya katalis baru ini, produksi propilena dapat menjadi lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Pengembangan katalis ini bukan hanya sebuah pencapaian teknis, tetapi juga langkah maju yang signifikan dalam upaya global untuk mengurangi jejak karbon dan menciptakan proses industri yang lebih hijau.
Dengan pengurangan biaya produksi dan dampak lingkungan yang lebih kecil, katalis ini memiliki potensi untuk merevolusi industri kimia global.
Baca Juga: Spill Kekayaan Wali Kota Semarang Hevearita, Memiliki Rp3,36 Miliar Tapi Tak Punya Mobil
Para ilmuwan dari Energy and Catalysis Adventure Team di Universitas Tianjin terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan katalis ini.
Mereka berkomitmen untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana transfer elektronik antara oksida dan logam dapat dioptimalkan untuk aplikasi lainnya.
Inovasi ini membuka jalan bagi pengembangan katalis baru untuk berbagai reaksi kimia, tidak hanya dalam produksi propilena.