Masril Koto, Bankir Sukses yang Tak Lulus Sekolah Dasar

photo author
- Minggu, 10 Juli 2022 | 11:22 WIB
Masril Koto, petani inspiratif pendobrak kebekuan fungsi intermediasi industri perbankan di bidang pertanian.
Masril Koto, petani inspiratif pendobrak kebekuan fungsi intermediasi industri perbankan di bidang pertanian.

Hukamanews.com - Perawakannya kecil, berkulit sawo matang, berkumis lebat, bertampang jenaka, itulah Masril Koto. Di kampung halamannya, layaknya kebanyakan warga Agam, Sumatera Barat, sulung dari delapan bersaudara ini menyandang profesi sebagai petani dan peternak. Namun, sejak 2006, dia menyandang profesi tambahan, menjadi bankir.

Sejatinya bukan bankir atau orang yang bekerja di bank-bank. Tapi, Masril Koto yang murah senyum ini merupakan salah seorang bidan terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani, sebuah lembaga keuangan tempat para petani bisa mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal usaha.

Alih-alih Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani, Masril Koto lebih suka menyebut lembaga itu sebagai bank petani. Lebih gampang. "Kalau bilang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani, bisa bingung dia (petani, Red) tuh," kata Masril yang mengaku hanya sekolah sampai kelas 4 Sekolah Dasar.

Baca Juga: Ashab dan Tubagus, Alumnus UB yang Masuk Forbes Indonesia 30 Under 30

Banyaknya petani yang sulit mencari pinjaman modal menginspirasi Masril untuk membentuk lembaga keuangan para petani tersebut. Dibanding pihak lain, petani merupakan sosok yang sering kurang mendapat kepercayaan dari bank untuk mendapatkan suntikan dana. Masalah klasik, mereka tak punya jaminan sebagai agunan pinjaman.

Karena itu, ketika peralatan bersawah rusak, para petani biasanya akan sibuk mencari pinjaman ke sana-kemari dan belum tentu bisa mendapatkan uang dengan cepat. "Itulah kesulitan riil yang dihadapi petani di lapangan," ungkap pria 48 tahun tersebut.

Menurut dia, lembaga keuangan khusus petani perlu ada karena masalah petani lainnya seperti soal bibit atau pupuk akan bisa diselesaikan sendiri oleh petani. Kegelisahan itu, tampaknya, mendapat banyak respons dari rekan sesama petani.

Lagu Kemandirian Petani

Dan, proses panjang perjuangan Masril mendirikan LKMA pun diawali pada 2003. Pertemuannya dengan Rumzi Sutan, seorang seniman sekaligus petani, yang mendendangkan lagunya tentang cita-cita kemandirian petani, membakar semangatnya untuk melakukan sesuatu demi mendobrak kebuntuan yang selama ini dialami.

Baca Juga: Tini Kasmawati, Tunanetra Tangguh Penjaga Owa Jawa

Sejak itulah Masril bertekad memajukan petani. Ia lalu mengikuti sekolah lapangan (SL) petani dari Dinas Pertanian Sumbar di Nagari Tabek Panjang, Baso, Agam. Di sekolah lapangan itu, ia tersadar bahwa persoalan utama petani adalah permodalan. Hal ini tak bisa dipecahkan industri perbankan. Maka, tercetus ide untuk membuat bank petani, demi memenuhi kebutuhan mereka.

Seusai mengikuti sekolah lapangan, ia mengumpulkan sejumlah rekan dan membentuk tim beranggotakan lima orang. Tugasnya, mencari tahu seluk-beluk pendirian bank petani.

Masril dan teman-temannya sesama petani mulai bergerilya membangun lembaga tersebut. Dalam bayangan Masril, mendirikan bank bakal tidak ribet. Tinggal cari orang yang mau memberikan pelatihan, merekrut anggota, jadilah bank.

Baca Juga: Menjelajah Desa Widosari, Nomine Desa Wisata Terbaik dalam ajang ADWI 2022

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X