pendidikan

Belajar Bahasa, Mana yang Baku Menurut KKBI: “Sumatra” atau “Sumatera”?

Senin, 8 Desember 2025 | 15:49 WIB
Ilustrasi Pulau Sumatra

HUKAMANEWS - Perbedaan penulisan “Sumatra” dan “Sumatera” sering menimbulkan kebingungan, bahkan memicu perdebatan kecil di ruang publik.

Sekilas terlihat hanya soal satu huruf, tetapi penetapan bentuk baku berpengaruh bagi dunia pendidikan, media, dan administrasi pemerintahan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), bentuk yang benar dan baku adalah Sumatra. Penulisan ini menjadi rujukan dalam konteks ilmiah, jurnal, dokumen resmi, hingga naskah yang menuntut konsistensi bahasa.

Sementara itu, Sumatera dikategorikan sebagai bentuk tidak baku—meski sangat populer dan sering digunakan masyarakat dalam keseharian.

Baca Juga: Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Penggunaan “Sumatera” memiliki akar panjang dalam sejarah ejaan bahasa Indonesia. Pada masa kolonial dan awal kemerdekaan, berbagai dokumen dan arsip resmi menggunakan bentuk “Sumatera”.

Kebiasaan ini bertahan hingga sekarang, terutama di tingkat pemerintah daerah dan penamaan lembaga publik. Banyak instansi memilih mempertahankan bentuk tersebut karena lebih akrab bagi masyarakat.

Ketika aturan baku kemudian menetapkan “Sumatra” sebagai standar, kedua bentuk ini akhirnya hidup berdampingan. Dalam ruang akademik dan administrasi nasional, “Sumatra” dipilih demi ketepatan kaidah. Namun di ruang lokal, “Sumatera” tetap mendominasi karena warisan historis dan kedekatan kultural.

Baca Juga: Siklon Kembar Menguat, BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat dan Laut Tinggi di Sumatra dan Sulawesi

Baku dan Populer: Mana yang Digunakan?

Pemilihan bentuk sebenarnya bergantung pada konteks. Dalam laporan penelitian, peraturan pemerintah, atau naskah formal, “Sumatra” adalah pilihan yang tepat. Media nasional yang mengutamakan konsistensi bahasa juga cenderung menggunakan bentuk ini.

Sebaliknya, “Sumatera” tidak dianggap keliru dalam situasi nonformal, seperti percakapan, konten publik lokal, spanduk kegiatan, atau dokumen administratif daerah yang telah terbentuk jauh sebelum standardisasi ejaan diberlakukan. Bentuk ini tetap mudah dipahami dan tidak menimbulkan ambiguitas.

Baca Juga: 10 Smartphone Terlaris di Indonesia Sepanjang 2025, Dominasi Harga Terjangkau dan Fitur Maksimal

Fenomena dua penulisan ini menunjukkan bagaimana bahasa selalu bernegosiasi dengan kebiasaan dan sejarah. Aturan memberikan panduan, tetapi penggunaan masyarakat memberi napas yang membuat bahasa terus hidup. Karena itu, mengetahui perbedaan fungsi kedua bentuk ini menjadi penting, terutama bagi penulis, guru, pejabat publik, dan media.

Intinya, gunakan “Sumatra” untuk kepentingan resmi dan baku, namun penggunaan “Sumatera” tetap sah dalam konteks populer dan lokal. Keduanya sama-sama merujuk pada pulau yang sama; hanya konteks yang membedakan pilihan penulisannya.***

Tags

Terkini

Sekolah Tak Ada PR, Menguntungkan Siswa Atau Siapa

Selasa, 24 Juni 2025 | 19:57 WIB