HUKAMANEWS - Di tengah masyarakat yang masih melekat kuat pada pandangan konservatif soal maskulinitas, prosedur vasektomi sering kali mendapat stigma negatif.
Banyak pria merasa ragu bahkan enggan mempertimbangkan metode kontrasepsi ini karena takut dianggap “tidak jantan” atau kehilangan kemampuan seksualnya.
Padahal, kekhawatiran itu lebih banyak bersumber dari mitos ketimbang fakta medis yang valid.
Masih banyak yang menyamakan vasektomi dengan kebiri, seolah prosedur ini menghilangkan identitas dan fungsi seksual pria.
Baca Juga: Bukan Cuma Aman, Ini Manfaat Vasektomi yang Jarang Diketahui Pria, Sudah Siap Coba?
Nyatanya, pemahaman seperti ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga menghambat peran aktif pria dalam perencanaan keluarga.
Mari kita kupas tuntas fakta medis dan sosial yang selama ini kerap tertutup kabut stigma.
Vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen untuk pria yang dilakukan dengan cara memotong atau menyegel vas deferens, yakni saluran penghubung sperma menuju air mani.
Artinya, pria yang telah menjalani vasektomi tetap dapat ejakulasi seperti biasa, hanya saja air maninya tidak lagi mengandung sperma.
Yang menarik, prosedur ini sama sekali tidak berpengaruh pada produksi hormon testosteron.
Gairah seksual, kemampuan ereksi, bahkan kenikmatan dalam hubungan intim tetap utuh seperti sebelumnya.
Baca Juga: Purwakarta Mulai Bina 39 Siswa - Siswi ke Barak Militer, Cermati Metodenya
Bahkan, menurut data dari Mayo Clinic dan beberapa studi internasional, vasektomi tidak menyebabkan impotensi maupun penurunan fungsi seksual.
Beberapa pria justru mengaku lebih rileks saat berhubungan seksual karena tak lagi dihantui kecemasan soal kehamilan yang tidak direncanakan.
Lalu, dari mana mitos vasektomi sebagai “musuh maskulinitas” berasal?