Gerakan efisiensi energi di UAD tidak berdiri sendiri. Ia menjadi bagian dari ekosistem keberlanjutan yang mencakup pengelolaan sampah, penghijauan, dan keterlibatan mahasiswa. Komunitas “Green Campus Community” menjadi motor penggerak berbagai kegiatan lingkungan, dari edukasi hingga aksi konkret.
Sampah diolah terpilah. Limbah organik diubah jadi kompos, sedangkan plastik diproses lewat mesin pirolisis hasil karya dosen UAD. Sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan kampus, dan gerakan mahasiswa menjadi pilar utama pembentukan budaya hijau.
Peta Jalan Menuju Green Campus
Sebagai bentuk komitmen jangka panjang, UAD tengah menyusun peta jalan (roadmap) Green Campus. Ini menjadi panduan strategis agar gerakan keberlanjutan tidak berhenti pada satu periode kepemimpinan.
Peta jalan ini mencakup strategi efisiensi energi, penghijauan, pengelolaan sampah, dan pendidikan lingkungan dalam kurikulum. Meski tidak gencar kampanye publik, model UAD justru menginspirasi banyak kampus lain yang datang belajar langsung.
Apresiasi pun datang. Pada ajang UI GreenMetric, UAD menyabet predikat The Best New Participant, sebagai pengakuan atas inovasi dan komitmen mereka.
“Keberhasilan kami bukan soal anggaran besar, tapi keberanian untuk memulai dan komitmen kolektif yang konsisten,” tutur Ahid menutup.
Dengan pendekatan partisipatif, UAD membuktikan bahwa kampus tak hanya bisa mencetak intelektual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan yang menjaga bumi tetap lestari.***
Kontributor Artikel: Dinul Qoyimah
Artikel Terkait
Ganti Nama, SPMB Tetap Saja Curang dan Gagap Bagi Penyandang Disabilitas
Melongok Sekolah Rakyat, Didalamnya Ada Harapan Baru, Tidak Asal Sekolah
Gibran Minta Kunjungan Orangtua ke Sekolah Rakyat Dibatasi, Biar Anak Kerasan
Amnesti Hasto dan Abolisi Tom Lembong, Ketika Jalan Pintas Kekuasaan Menelikung Etika Hukum
Hemat Energi, Gaya Hidup Islami, Ibu Jadi Garda Terdepan Penjaga Bumi